Mohon tunggu...
DYAH PRATIWI
DYAH PRATIWI Mohon Tunggu... Guru, SDN Punten 01

Saya seorang guru SD di SDN Punten 01 Kota Batu, Jawa Timur. Kecintaan menulis dimulai sejak kecil dengan mengirim puisi di Majalah Bobo. Hal yang selalu diimpikan sejak kecil adalah menulis buku. Meskipun berawal dari mimpi pada usia tak lagi muda akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya melalui beberapa buku yang telah saya tulis seperti, Mendidik tanpa Menggurui, Sebaris Kalimat Seuntai Hati, Indahnya Cinta Nikmatnya Resah berupa kumpulan puisi dicetak oleh Elex Media Komputindo, kumpulan cerpen Bidadari Kecilku, antopologi Puisi Ibu “Kata Kata Terindah tentang Ibuku dan Memoar bersama Kakek Nenek Tercinta, Kumpulan Cerita Pendek Anak, dan saat ini sedang menulis buku pelajaran Bahasa Jawa bersama KKG Bahasa Jawa Kota Batu terbitan Erlangga. Aktivitas lainnya aktif sebagai Pendongeng di Kampung Dongeng Malang raya dan tergabung dalam Komunitas Guru Belajar Nusantara Kota Batu dan Komunitas Penulis Sastra Kota Batu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekat Bukan Penghalang: 441 Siswa SDN Punten 01 Tetap Shalat Berjamaah di Tengah Kelas

15 Oktober 2025   01:25 Diperbarui: 15 Oktober 2025   07:36 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas 4B SDN Punten 01

Shalat di Tengah Sekat, Iman Tetap Kuat

Bel istirahat kedua baru saja berbunyi, namun bukan suara riuh anak bermain yang terdengar di SDN Punten 01, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Sebaliknya, suasana berubah tenang. Anak-anak melepas sandal, berwudu dengan tertib, lalu berbaris rapi di ruang kelas. Lantai yang biasanya dipenuhi buku dan tawa kini menjadi tempat sujud bersama.

Bukan di masjid, bukan pula di mushala luas---namun di ruang kelas yang disekat sederhana, shalat berjamaah tetap ditegakkan dengan penuh khidmat.

441 Murid, Ratusan Niat yang Sama

Jumlah siswa muslim di SDN Punten 01 mencapai 441 anak. Dengan keterbatasan ruang, pelaksanaan shalat berjamaah memang menjadi tantangan tersendiri. Namun, tantangan itu justru menumbuhkan semangat gotong royong antara guru dan siswa.

Setiap ruang kelas disulap menjadi "mushala kecil". Anak-anak berbaris dalam saf rapi, diimami oleh guru atau teman sebaya yang sudah berlatih menjadi imam.
Mereka belajar banyak hal---mulai dari disiplin waktu, kerapian barisan, hingga rasa kebersamaan.

Inilah wujud nyata pendidikan karakter, yang bukan sekadar teori, tetapi dihidupkan melalui kebiasaan sederhana setiap hari.

Keteladanan yang Tak Terbatas Ruang

Guru-guru hadir bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai teladan. Dengan sabar mereka membimbing siswa yang belum lancar membaca doa, mengingatkan untuk meluruskan saf, dan menenangkan anak yang masih bercanda.

Tak jarang terdengar suara lembut seorang guru:

"Ayo, nak, luruskan barisnya. Kita shalat berjamaah biar rapi di hadapan Allah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun