Ada semacam penyakit langka yang hanya menjangkiti orang-orang cerdas di dunia ekonomi: semakin pintar mereka, semakin besar kemungkinan mereka keliru.
Dan kalau sudah keliru, kelirunya berskala internasional. Penyakit itu menimpa banyak Menteri Keuangan di dunia, mulai dari yang tak mau pakai dasi sampai yang kebanyakan dasi.
Ambil contoh Yanis Varoufakis, mantan Menteri Keuangan Yunani yang masuk kantor Eurogroup seperti mau naik motor gede: tanpa dasi, jaket kulit, dan wajah tenang seperti baru selesai menulis puisi eksistensialis.
Dia mengajar di Cambridge, menulis buku The Global Minotaur, dan menyebut dirinya "seorang Marxis yang mengajarkan kapitalisme cara menyelamatkan dirinya sendiri."
Bayangkan, kalau Karl Marx hidup lagi, mungkin ia akan meludah di lantai, tapi juga menepuk pundaknya.
Ketika Yunani dililit utang dan dipaksa tunduk pada Troika yaitu IMF, Bank Sentral Eropa, dan Komisi Eropa, Varoufakis berdiri dengan gagah, seperti gladiator di hadapan para bankir berjas abu-abu.
Ia menolak resep austerity dan menuduh Eropa kejam karena memeras negeri yang sudah lemas. Awalnya rakyat Yunani memujanya: "Inilah pahlawan kita!
Ia menolak menjual pelabuhan kepada investor asing!" Tapi hanya dalam enam bulan, pahlawan itu menjelma kambing hitam.
Negosiasi gagal, bank tutup, uang rakyat dibatasi. Ia mundur, menulis memoar getir Adults in the Room. Dari menteri nyentrik yang dielu-elukan, berubah jadi bahan olok-olok di kafe Athena.
Lain Yunani, lain pula Italia. Di sana pernah ada Silvio Berlusconi, pengusaha, pemilik stasiun TV, dan playboy yang entah kenapa sempat dipercaya mengatur ekonomi negara.