Dalam ilmu ekonomi, ini disebut policy backlash: kebijakan yang pada awalnya menimbulkan efek positif atau short-term stimulus, tapi dalam jangka panjang menimbulkan reaksi balik sosial dan politik.
Kita boleh bilang, ini cukup disebut "efek belakangan yang bikin kepala pusing dan perut mual." Pada akhirnya, jabatan Menteri Keuangan tidak pernah benar-benar menyenangkan.
Ia harus menjadi juru sihir yang menyeimbangkan antara aggregate demand dan fiscal prudence sambil mendengar rakyat menjerit minta subsidi. Kalau berhasil, disebut penyelamat. Kalau gagal, disebut biang kerok.
Mungkin benar kata John Kenneth Galbraith dalam The Affluent Society tahun 1958: "Ekonom selalu tampak paling pintar sebelum bencana terjadi, dan paling bodoh sesudahnya."
Maka kalau ada yang bercita-cita jadi Menteri Keuangan karena ingin populer, sebaiknya jadi penyanyi saja. Setidaknya, kalau salah nada, masih bisa diselamatkan dengan tepuk tangan palsu. Tapi kalau salah hitung defisit, seluruh negeri ikut fals*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI