Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Puisi │Perantau Ulung dari Tanah Batusangkar

Diperbarui: 10 September 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: bisniswisata.co.id)

Dari tanah batusangkar, kau pinang tanah rantau. Basah matamu lambaikan tangan pada rumah gadang. Ucapkan pisah demi impian, menggebu derap kaki, kau langkah pergi ke tujuan. Hilang kampung dan halaman. Walau kembali adalah pilihan.

---

Tanah Jawa. Tak sekelebat pun terpikir untuk mampir. Apalagi tinggal di tempat yang kau masih asing. "Tapi mimpi tak bisa dibeli, harganya adalah kenyamanan diri", katamu waktu itu. Asik kau bercerita hingga hujan reda. Sementara aku sibuk padamkan percik kembang api di dada. Letupannya lebih bising dari senapan yang biasa kau tembak. Lebih mematikan dari sangkurmu yang terhunus galak. Duh, dasar perantau ulung! Kau buat cinta keluar dari tempurung!

---

Semrawut aksara tumpah ruah dalam benak. Diksi kacau balau berebut tempat. Menyulut binar-binar cahaya kuning keemasan dan perak. Terangi pusara sajak yang sedang sekarat tanpa detak. Meski tak selamanya terang itu menenangkan, setidaknya denganmu aku yakin ia dapat menyelamatkan. 

---

Hatimu adalah semegah-megahnya rumah tempat ku ingin rebah. Sedang di kedalaman matamu ku mengaut asa tanpa pernah lelah. Dan ribuan luka yang pernah singgah, sudah khatam ku makamkan di sudut senyummu yang merekah. Biar hilang kau kecup dengan cinta baru yang lebih sumringah. 

Ah, Tuan.... Selaksa doa tak berjeda kusuguhkan pada Tuhan. Supaya aku menjelma menjadi kampung halaman tempat kau kembali pulang..... dan akhirnya tinggal.


- Jakarta, 10 September 2018 -




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline