Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

[2] Teladan Psiko-Sosial dan Antro-Politik Bung Karno, Tan Malaka, Bung Hatta, dan Pemimpin Dunia bagi Pejabat Masa Kini

26 September 2025   21:01 Diperbarui: 26 September 2025   21:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teladan Psiko-Sosial dan Antro-Politik Bung Karno, Tan Malaka, Bung Hatta, dan Pemimpin Dunia bagi Pejabat Masa Kini

 

"Aku lebih suka menghabiskan uang untuk membeli buku daripada pakaian." (Mohammad Hatta)

"Seorang revolusioner harus membaca seperti ia bernapas." (Tan Malaka)

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang membaca." (Soekarno)

Kalimat-kalimat di atas bukan sekadar retorika. Mereka adalah jejak jiwa dari pemimpin-pemimpin yang membangun bangsa dari perpustakaan, bukan hanya dari podium. Di tengah kekhawatiran publik terhadap pejabat yang lebih gemar pamer mobil mewah daripada rak buku, teladan Bung Karno, Tan Malaka, Bung Hatta, serta pemimpin dunia seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan Angela Merkel mengingatkan kita pada satu kebenaran mendasar: kepemimpinan yang berakar pada bacaan adalah kepemimpinan yang lestari.

Artikel ini mengupas secara psiko-sosial dan antro-politik mengapa kebiasaan membaca para pemimpin masa lalu bukan hanya soal intelektualisme pribadi, melainkan strategi politik, alat emansipasi sosial, dan fondasi moral bagi kekuasaan yang berpihak pada rakyat.

Psiko-Sosial: Membaca sebagai Pembentuk Jiwa Pemimpin yang Empatik dan Visioner

Di tengah kompleksitas tantangan bangsa dan dunia, pemimpin yang mampu memahami dan meresapi keberagaman serta memiliki visi jangka panjang menjadi sangat penting. Salah satu faktor utama yang dapat membentuk kualitas tersebut adalah kebiasaan membaca. Melalui membaca, pemimpin tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih empati, daya kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Sejarah menunjukkan bahwa banyak tokoh besar yang keberhasilannya didukung oleh kebiasaan membaca yang konsisten dan mendalam, sehingga mampu menginspirasi dan memimpin dengan hati dan visi yang jelas. Mari kita belajar pada tiga Bapa Bangsa berikut:

Pertama, Bung Karno: Dari Buku ke Orasi, dari Orasi ke Bangsa.

Sejak muda, Bung Karno menunjukkan kecintaan yang mendalam terhadap buku dan pengetahuan. Ia terkenal sebagai pembaca yang rakus. Kebiasaannya membaca berbagai karya dari tokoh-tokoh dunia seperti Marx, Sun Yat-sen, Gandhi, hingga Plato, tidak sekadar menambah wawasan, tetapi juga membentuk pola pikirnya yang inovatif. Dari proses menyerap dan mensintesis berbagai ide tersebut, lahirlah Pancasila di bawah pohon Sukun semasa pembuangannya di Ende. Berkat bacaan-bacaan di perpustakaan para Pastor SVD, Bung Karno di kemudian hari merumuskan sebuah ideologi yang mencerminkan keberagaman dan toleransi bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun