Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Confession Of White Collar Fashion (Belenggu yang Terlepas)

29 Maret 2024   11:55 Diperbarui: 17 April 2024   19:22 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Unsplash via Men's Health (pria) | Instyle Turkiye (wanita) kolase via Canva

Chapter V 

Esok hari nya aku bangun kesiangan. Kepalaku pusing. Apakah aku akan berangkat ke kantor? Entahlah. Butuh waktu beberapa menit untuk bangun tidur. Perutku juga sudah lapar sekali. Mungkin lapar ini yang membuat kepalaku pusing. 

Ya Tuhan....

Coba saja kalau ada ibu, aku tinggal ke dapur ambil makanan. Biasa nya aku memasak sendiri. Agar bisa hemat. Jam ponsel ku sudah menunjukkan pukul 08:30. Aku mengirimkan pesan ke Diana bahwa aku datang ke kantor terlambat. Setelah perlahan menggumpulkan semangat, tidak lama aku bergegas mandi dan sarapan seadanya. Cussss ke kantor. 

Aku memakai kembali jaket kulit semalam, yang mana wangi parfum Dave masi tercium sangat epik. Memakai kembali celana jeans yang sama seperti semalam, Superga putih ku dan turtleneck tipis berwarna coklat dan kalung bermodel charm menjuntai. Seperti biasa aku menata poni rambutku, memakai mascara, bedak, Dior Rouge - si senjata rahasia dan eyeliner mata kucing yang sedikit 'brutal', sehingga sudut mataku terlihat jelas seperti mata kucing. 


Pagiiiii.... neng, abang mau info nih - kita mulai brief konsep foto untuk materi promosi , lusa ya? Gw kosong jadwal 2 hari ke depan. Thank you. Dave Grohl.

Sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponselku. 

Pagii.... oke siap bang Dave Grohl, btw tadi pagi kepalaku pusing banget, mager banget mau masak sarapan, lo uda sarapan?. Aku mengetik balasan nya. 

Uhuuy.... di tanyain uda sarapan apa belom sama si eneng, ni lagi sarapan.. 

Aku tersenyum membaca pesan nya. Tidak lama aku kembali ngobrol dengan Niki. Dari kejauhan aku melihat bayangan Diana datang bersama Albert menuju meja kami. Ia tersenyum cerah. Wah ada apa ini.

"Heeeey..... ada yang heppy bener deh, ". Ucap Albert melirik Diana.

"Diem gak lo....", ujar Diana mencubit lengan Albert. 

"Iiih ada apa sih...?", tanya ku kepo.

" Tau gak sih lo, si Arman, ganteng dan si politikus itu, dia ngajak si Diana ngopi siang ini, gatau deal bisnis apa deal perasaan, elu sih neik ganjen bener, dia kepatil, gw gak tangggung jawab ya...", ledek Albert. 

"Bodo amat, tapi gak apa - apa, gw open kok...", balas Diana.

"Open apaan?, open BO...!", canda Albert, ini parah sih..

"Gila lu kira gw cewek apaaan....", balas Diana tidak kalah heboh. 

Suasana heboh di meja kami membuat rekan kerja lain menatap meja kami. 

"Tapi tadi tu Arman emang charming banget sih, Man. Gimana sih kalo liat cowok charming tuh? Dan versi cowok charming menurut lo gimana?. Kalo gw , Arman fix tipe gw..", ucap Diana membuka obrolan lebih seru.

"Gimana ya... kalo gw sih lebih suka cowok yang ....." (tunggu, jangan terlalu jujur soal ini Manda, nanti kalau Diana tau kamu naksir berat Dave , gimana?)..

" ... yang, tipe gw anak band tapi family man, ada gak ya? Hehe....", jawabku menutup jawaban dari dalam perasaanku. 

"Ada, tu si Changcuters, vokalis nya. Vincent juga family man doi...", Jawab Albert. 

"Anak band banyak tipe, tipe Julian Casablancas atau Foo Fighter nih ", tembak Diana. 

Deg. Kok Diana tau?.

"Julian Casablancas ganteng sih mba, ada lah pasti anak band Bandung model-model Julian", kataku. 

"Bukan nya lo tipe nya model-model Kurt Cobain atau Dave Grohl?", tanya Diana seraya menatap mata ku tajam. 

Apa ini? Seakan - akan ia berusaha mencari tahu sesuatu.

"Eno - Netral, oke sih mba. Cuma sayang tatoan aja",  buru-buru aku sergah tebakannya. 

"Tapi Dave Grohl kece sih, rambut nya eksis ya dia sampe tua pun masih gondrong", ujar Albert.

"Btw, kata nya Dave udah balik dari Kalimantan. Kemaren gw wa , tumben dia gak jawab. Mungkin dia ketiduran or something....", ucapan Diana sambil menyesap latte nya. 

"Haaii..... kemaren gw sama Dave hunting kamera, iya dia udah balik", bak gayung bersambut. Renata yang berjalan ke arah meja kami mendengar perkataan Diana. 

"Oooh gitu, jadi dia sekarang sama Renata? Setelah gw tolak", ledek Diana. 

"Boleh kan, Di?, eh tapi saingan gw berat nih - Agnes...", kata Renata sambil duduk di meja kami. .

"Agnes, gw ga yakin dia serius. Dave cowok baik-baik sih. Masalahnya beda umur gw sama Dave kan 8 tahun. Gw cari cowok yang lebih tua, karena gw butuh pemimpin dalam sebuah hubungan...", ujar Diana membuka sesi curhat.

Sebisa mungkin aku tidak terjebak dalam pembicaraan berbahaya ini. Sepertinya Diana sedang mencari tahu sesuatu. 

"Btw Manda, pagi ini jam 10, kita ada meeting sama klien di Kitsune. Yuk siap - siap...", ajak Diana seraya beranjak dari kursi dan membereskan beberapa item seperti planner book dan Tab untuk persiapan meeting kami. 

Tapi kenapa Kitsune?...

Setelah persiapan, kami berjalan menuju cafe Kitsune yang tidak terlalu jauh dari gedung kantor. Sesampai nya di sana. Kami duduk di meja no 24. No meja yang sama persis waktu aku dan Dave membicarakan soal parfum nya. 

Semaksimal mungkin aku menahan keheranan dan keterkejutanku. Kenapa duduk di bangku ini. 

"Mau pesen apa, Nda?", Diana bertanya kepadaku. 

" gw cappucino mba", kata ku memberi jawaban. Kemudian pelayan datang menghampiri kami. 

"Saya pesan coconut jelly coffee ya sama cappucino", order Diana kepada pelayan. 

"Gw suka coconut jelly coffee, karena minuman fave gw air kelapa", Diana memberikan ku alasan kenapa ia memesan minuman ini. 

Aku jadi takut. Ia memesan kopi ini dengan alasan yang sama seperti David di malam itu. 

gw suka coconut jelly coffee karena gw suka minum air kelapa kalo lagi syuting di outdoor..

"Gw juga suka chicken gordon bleu, kaya kalori...", lanjut nya lagi.

Makanan favorit gw Chicken gordon bleu.

Sama seperti David lagi. 

Tidak lama Diana menyentuh tanganku. 

"Manda, gw mau tanya. Tapi tolong jawab jujur ya...?", tanya nya dengan nada merendah.

"Lo tau kalau David mau launching parfum, D-Honest, dia?. Kemarin gw telepon dia dan chat via wa tapi dia reject. Dan gak bilang apa - apa. Biasanya dia gak begini. Dan gw masukkin Agnes untuk jadi talent model parfum dia. Dan gw kaget, dia nolak!. Baru kali ini dia nolak suggestion dari gw. Ini ada apa ya?. Manda, mungkin lo tau sesuatu?. Gw uda feeling sebelum dia nembak gw, jadi semua kerjaan berhubungan sama dia gw kasih ke elo, inget kan?", sebuah tanda tanya dan prasangka yang belum berujung ia tanyakan kepadaku. 

"Mba, maaf gw aja gak tau kenapa. Tapi mbak kan bisa nanya ke David langsung, aku kan ga deket sama dia",  jawabku berdalih. 

"Kamu kapan terakhir ketemu David?", tanya Diana lagi berusaha mencari tahu. 

"Yang kita terakhir ketemu di kantor kan mba?. Udah itu aja...", jawabku. 

"Coba gw telepon ya...". Diana berusaha menelepon David. Suara dering telepon terdengar tersambung. Tidak lama telepon di angkat.

"Halo, hi Diana...sorry gw baru pegang hape nih, kemaren call lu gw reject. Gw lagi di jalan. Abis di urut. Kaki gw kram pulang dari Kalimantan", jawab David panjang lebar. Seakan - akan mengalihkan prasangka dan praduga Diana akan diri nya mencoba menghindar dari nya. 

"Duh - David, jangan sensi gitu dong. Gw minta maaf kalau banyak dosa perasaan sama lo nih (sambil tertawa). Gw mau clear aja ya. Kenapa lo reject Agnes untuk jadi talent parfum kamu?", tanya Diana langsung tanpa banyak basa basi lagi.

"Ooalaaah... mau nanyain soal Agnes lagi? (Tertawa).. gini, Agnes ga cocok sama image parfum gw. Gitu aja, kok. Tapi gw udah dapet sih model nya, tenang aja, beb..", ucap David berusaha memadamkan kecurigaan Diana. 

"Hah, udah dapet? Dari agency mana?", tanya Diana lagi. 

Aku jadi semakin takut. Bagaimana jika Diana tau kalau itu aku?. Ini menimbulkan kekhawatiran-ku , mengingat besok briefing. Ah, liat besok aja. 

"Kejutan laaaah,tsaaay....., santai aja.. gw gak kayak yang lo pikirkan kok, masa iya gw marah sama lo, Diana...", kata - kata David berusaha mencairkan suasana.

Tidak lama Diana menutup ponselnya. Dan klien datang. Yang ternyata itu adalah - mas Arman dengan staff nya. 

"Pagi mba, saya datang bersama staff saya ya, memastikan agar meeting ini tidak ada kegiatan gratifikasi dan semacamnya", sapa mas Arman ramah sembari bersalaman dengan Diana dan aku. 

"Ohya baik mas Arman, tenang saya gak main gratifikasi tapi cukup main perasaan aja...", goda Diana. Mas Arman tertawa. Tapi staff nya tidak memiliki rasa humor. Sehingga 2 orang staff nya tidak bergeming. 

Meeting berlanjut, meeting ini membahas soal pemotretan lanjutan mas Arman untuk tampil di rubrik ; Sosok Inspiratif. Dan proyek pribadi mas Arman untuk kebutuhan kampanye-nya. 

Alasan Diana mengajakku ikut meeting ini, karena meeting dengan pejabat / politikus harus ada saksi. Jadi, bukan meeting yang easy. Harus ada saksi karena jika ada sesuatu hal yang tidak terduga, ada saksi. Seperti Arman membawa staff nya. Begitu juga dengan Diana. Setelah 2 jam rapat selesai. 

Sorry dadakan, sore ini kita briefing ya, Manda. Alamat gw share lock ya. 

Sebuah pesan WhatsApp masuk. Lho? Dadakan. Aku membuka share lock. Ternyata di daerah Gandaria , Jakarta Selatan. 

Setelah selesai meeting. Kami kembali lagi ke kantor. Diana melanjutkan kembali apa yang ia ingin katakan kepadaku soal David.

"Manda, sorry, gw gak bermaksud apa-apa soal ini. Cuma, gw ga mau lo ada apa -apa. Maksud gw, kita semua punya kepentingan. Dan gw liat lo itu naif. Gaya David itu, suka ajak ke tempat-tempat private, nanti kalo uda click suasana dan feeling nya, baru dia keluarin kepentingan nya", deskripsi Diana secara detil.

"DEG"!. Jantungku berdetak seperti terkejut. 

"Gw dan dia sama-sama berbisnis. Itu kenapa gw tolak dia. Karena dia tau gw potensi bisnis nya dia untuk berkembang luas. Sedangkan gw juga punya bisnis. Kita saingan. Ga mungkin gw kerjasama sama dia lah. Tadi nya gw mau reach out dia lagi untuk memperbaiki keadaan, maka nya gw tawarin Agnes sebagai model parfum dia, ternyata dia reject, ". Kata Diana lagi. 

"Agnes emang siapa nya mba?", tanyaku heran. 

"Agnes model dari agency gw dan temen", jawab ku. 

Aku jadi semakin mulai mempertanyakan David. Apa iya dia begitu?. Hhhh..... semakin overthingking. Masalahnya, dadakan banget briefing yang harus nya besok jadi sore ini. Jam demi jam berlalu tanpa hal yang krusial. Sore telah datang. 

Setelah selesai semua pekerjaan. Aku bergegas menuju studio tempat briefing ku dengan David. Aku naik gojek aja biar ringkes. Dan situasi juga gak mendukung. Setelah masuk ke kawasan Gandaria, aku menemukan nomor rumah yang tertera di pesan WhatsApp. Dan ku menemukan alamat yang di maksud. Sesampai nya di sana, sudah ada motor David di garasi.

Gandaria - Jakarta Selatan. Masa kecil ku lalui di sini. Ketika sekolah dasar dulu, aku bersekolah di salah satu sekolah dasar swasta di sekitar Gandaria. Perjalanan ku menuju kawasan ini, seperti membawa flash back ke era 90-an. Aku memiliki keinginan untuk membeli rumah di Gandaria. Tapi pasti nya harga properti di sini sudah di angka mulai dari 1 Milyar. 

Setelah bolak balik mengecek alamat, akhir nya aku menemukan alamat rumah yang di tuju. Rumah model 90-an , no. 25. 

Seperti nya ini studio. Tidak ada sign apa-apa. Penampakan nya kayak graphic house. Ini punya siapa ya?. Batinku. Aku masuk ke dalam rumah tersebut dan menyapa David yang ada di dalam.

"Hay, guys, kenalin nih Manda", sapa David mengenalkan ku kepada teman-temannya. Ada beberapa meja dan komputer Macintosh. Ada sekitar 8 meja. Dan 10 orang yang ada di dalam ruangan.

"Jadi ini gebetan lo yang kemaren lo ceritain, Dave?", tanya salah satu teman Dave yang gak kalah grunge. Cowok bernama Dimas, itu, ternyata....

"Dimas...!, lah, lo -ngapain, eh kok....", tanya-ku terbata-bata. David melihat gelagat kami berdua heran.

Tidak lama aku merangkul Dimas. Dimas itu sohib ku di waktu kuliah. Akrab banget.

"Dimas ini temen kuliah gw, gw anak jurnalistik, dia anak desain. Tapi gw nongkrong sama dia kemana-mana", ujarku. 

Dimas tertawa lebar. " gw di gosipin sama dia pacaran , padahal bokin gw anak kedokteran", ungkap Dimas.

Mereka seperti anak kembar. Persis seperti Kurt Cobain dan Dave Grohl. Sama-sama pake kemeja kotak - kotak, dalaman kaus, topi baseball, celana pendek jeans, kaus kaki tinggi dan sepatu Converse. 90- an banget!

Sedangkan aku memakai rok lipit hitam, Superga dengan kaus kaki pink pendek, jaket militer army dan kaus hitam polos dengan kalung aksen paku ala punk. Kemudian kami menuju ruangan studio foto untuk briefing. 

Dimas ternyata art director iklan parfum Dave. Beruntung banget deh, aku kerjasama dengan teman kuliah. Tidak lama Dimas mengambil sebuah konsep iklan parfum D-Honest. 

Ilustrasi Iklan Lipstik Giorgio Armani (Foto: Instyle Turkiye)
Ilustrasi Iklan Lipstik Giorgio Armani (Foto: Instyle Turkiye)

"Konsep nya kayak gini kurang lebih, Nda. Jadi tar mata lo di tutup topi atau scarf item. Identitas lo kita sembunyikan deh intinya. Gw tau lo pasti khawatir soal Diana. Gw sama Dimas uda mikirin dalem-dalem, supaya gak ada masalah di kemudian hari. Dan gw juga nolak make Agnes , model yang dia tawarin ke gw", David memberikan penjelasan kepadaku. 

"Iya sih Dave, tadi Diana juga bahas soal itu pas gw meeting sama mas Arman. Dan aneh nya, tadi pas gw nemenin dia meeting, dia duduk di meja no 24 dan pesen kopi yang sama waktu itu ....", tiba - tiba aku memberhentikan kata-kataku. 

"Oooh, iya, waktu lo ngopi sama Manda di Kitsune ?", tanya Dimas. 

"Iya mas, yang gw bahas soal parfum", balas Dave. 

"Btw, mas Arman itu , Arman Susilo?.  Orang partai yang perawakan nya agak mirip Budi Djiwandono?", tanya Dimas. 

"Iya , eh - kok tau?", tanyaku heran..

"Hmm... tadi Diana ada bahas - bahas soal kerjaan gak sama dia atau deal kerjaan...?", tanya Dimas. 

"Ya, emang ada kerjaan kantor dan pribadi, mas Arman emang ada kerja sama pribadi sama Diana untuk direct pemotretan kampanye - nya. Tapi kok kalian tau soal mas Arman juga...?", tanyaku lagi - semakin penasaran. 

Aku mengingat kembali kata - kata yang Diana bilang soal David tadi siang. 

Dan gw liat lo itu naif. Gaya David itu, suka ajak ke tempat-tempat private, nanti kalo uda click suasana dan feeling nya, baru dia manfaatin lo untuk kepentingan nya. 

"Main belakang dia ternyata, bro...", celetuk David kepada Dimas. 

"Maksud lo gimana Dave..?", tanya aku lagi. Semakin banyak pertanyaan yang belum terjawab. 

"Oke , jadi Arman Susilo itu klien kita, tadi nya...", ujar Dimas padaku. 

"Yah - jadi, Diana itu punya production house kayak gw sama Dimas. Lo bahkan ga tau kan? Dan maka nya gw tolak Agnes jadi model parfum gw. Ngapain gw make dia, Agnes kan orang Diana", sorry ya Manda, gw cuma bilang apa ada nya..", David memberikan penjelasan secara lengkap. 

"Jadi.... Diana itu, nikung klien kalian?", aku berusaha menerka. 

"Iya , betul - dan itu fakta nya. Klien kita, salah satu nya Arman. Dan ada Arman , tanda kutip lain nya",  celetuk Dimas. 

"Oke -simpen pertanyaan lo dulu ya. Kita mau bahas soal konsep. Jadi konsep foto nya nanti seperti ads nya Giorgio Armani gini ya, kita mau ngangkat sisi sensual dari parfum D-Honest dari pandangan seorang wanita misterius , yang tidak di tampilkan wajah nya", kata Dimas panjang lebar menjelaskan konsep pemotretan iklan D-Honest. 

" lu bukannya ada lipstik merah kayak gini, nda?", tanya David.

"Wiiih.... gila David sampe uda hafal barang - barang pribadi nih,.. lo uda sedekat apa sama dia? Kayak kita deket dulu waktu kuliah gak?", ledek Dimas kepadaku. 

Aku tertawa mendengar pertanyaannya. Sementara David menatap mata ku , menunggu jawaban yang keluar dari mulutku. 

"Sedeket apa? Sebelum gw tidur , gw semprot parfum ini di baju tidur. Wangi nya cozy banget, bikin pingin meluk...", akhirnya kalimat yang keluar dari mulut - ku sedikit genit. 

David tersenyum mendengar nya. 

"Anget emang parfum gw, boleh gak boleh peluk-pelukan, bukan muhrim", canda David. Yang di ikuti gelak tawa Dimas.

"Ya gw ada lipstik merah", aku menjawab pertanyaan David.

"Oke, jadi kita set nih, konsep nya kayak tadi, ya.. kita butuh cepet nih, besok sore , bisa gak ya...?", tanya Dimas. 

"Kayak nya siang besok gw bisa. Mau ijin gak masuk dulu, karena gw mau urus pajak dari pagi...", jawabku. 

Setelah briefing, kami bertiga menikmati makan malam, mie ayam. Kuliner di sekitar Gandaria banyaaaak dan pasti puas deh. Di malam itu, kami banyak berbagi cerita mengenai pekerjaan. Dan aku juga baru tahu kalau David memiliki usaha lain. Graphic house yang dia kelola ini bersama Dimas, sohib kuliah ku dulu. Ternyata, Diana juga membangun bisnis yang kurang di bidang yang sama dengan David. 

Ternyata juga - ada perseteruan di antara Diana dan Dave. Bahkan Dave bilang, soal dia nembak Diana itu cuma rekayasa saja. Karena, Dimas menduga beberapa klien mereka di ambil alih oleh Diana. Bagaimana bisa?. Ah, tapi hal tersebut kan lumrah dalam dunia bisnis, iya kan?.

David belum ingin menjelaskan secara rinci soal latar belakang kenapa dia pura-pura nembak Diana. Dia bilang, setelah launching D-Honest selesai, baru ia dan Dimas jabarkan kronologis nya. David juga menjelaskan. Tidak ada maksud dari proyek parfum ini untuk memisahkan antara aku dan Diana. Hanya saja, ia merasa hidup ku lama - lama bisa di manipulasi oleh Diana dengan tujuan tertentu. Karena ia pernah merasakan hal tersebut ketika mereka bekerja sama di proyek sebelum nya. 

"Diana itu smooth main nya, dia manipulatif. Dan gw baru sadar setelah 2 tahun kenal dan kerja sama bareng dia", kata Dimas. 

"Maka nya gw ga heran banget sih Arman ga make jasa kita. Pasti dia di godain sama Diana, kepatil deh-", tebak David.

Singkat waktu, esok siang , setelah mengurus pajak. Aku melakukan pemotretan di studio Double D. Ketika sampai di sana, make up artist dan fotografer sudah menunggu kedatanganku. Kemudian, penampilan ku di tata.

Rambut ku berponi pendek yang jatuh tepat di atas alis mataku. Di dandanin sesuai konsep. Wajahku di rias bertahap. Mulai dari serum, pelembab, liquid foundation, bedak tabur. Kemudian, untuk dandanan mata, di buat smokey eyes berwarna sesuai warna tone kulitku dan satu warna tingkat lebih gelap. Terakhir eyeliner mata kucing. Lipstik merah Dior-ku. Sentuhan terakhir,rambutku di kuncir kuda dan tertutup scarf hitam. Seketika aku melihat wajahku di cermin... oh, wow..! Bisa se hot ini Amanda... entah wajah lempeng ku terlihat sensual. 

"Ya ampun, kok gw jadi deg-deg an ya....", sapa David yang mengintip di luar pintu studio. Kemudian dia mengambil ponsel nya dan mengambil foto diriku. 

"Apaan sih....",  kata ku tersipu malu. 

"Tapi bener, lo lain banget...", sahut nya lagi. 

Tidak lama Dimas datang ke dalam ruangan studio foto, pun melontarkan kalimat yang sama. 

"Wiiiih... parfum lo jadi kayak parfum ala - ala Cosmopolitan gini, Dave...." 

"Sassy",  kata Dave.

"Sassy? , nice copywriting...", sambung Dimas.

Aku sudah siap di foto. Kemudian, mas Enggar, sang fotografer mulai mengambil gambar dan ternyata, Dimas yang mengarahkan pose ku. 

Aku duduk miring sekitar 3/4 miring ke samping. 

"Mata jangan lepas dari kamera ya, liat kamera....."

"Pegang dagu, shoot..."

"Sekarang pegang bibir, shoot.."

"Tunjukkin parfum, semprot ke leher, nice..."

"Kecup parfum, mata merem...."

"Semprot parfum ke tangan..."

"Gigit jari kelingking, bibir buka dikit, shoot...."

"Cium rambut, merem"...

"Oke - done...."

Dimas mengarahkan poseku dengan luwes. 

"Cukup ga Dave?", tanya Dimas pada Dave.

"Cukup - lah, kirim file nya ke Siska, ya mas.. dia aja yang edit", perintah Dave ke mas Enggar.

"Ternyata gw bisa juga yaa jadi model", kataku sembari duduk di sofa.

Dimas kemudian keluar ruangan dan menutup pintu, sementara aku dan David masih di dalam studio.

"Kenapa ? Ngeliatin gitu, gw cantik?", tanyaku , mata ku melirik ke arah David yang masih memperhatikan tata rias wajah ku ini. Sementara, dia mengagumiku. Aku sibuk menyisir rambut dengan tangan sambil mengecek pekerjaan di ponsel. 

Tidak lama David duduk di sebelah ku, tidak jauh jarak kami. Ia.menyemprotkan parfum D-Honest ke baju nya sebanyak 3 kali. Dia tidak berkata apa-apa. Tapi wangi parfum ini seakan - akan mengikatku, menuntunku melakukan hal di bawah alam sadar. Entah apa yang merasuki-ku. Aku menarik kemeja merah kotak - kotak nya yang, somehow, selalu membuatku turn on dan meremas baju nya, menyentuh wajah nya dan - mendaratkan sebuah kecupan di pipi nya, kemudian sepersekian detik aku tersadar!. 

" gw tadi ngapain...?", tanya ku segera menjauh dari nya. David tersenyum dengan tatapan mata yang berbeda. Ia tidak berkata apa-apa. Hanya menatap mataku dengan diam. 

"gw tergila-gila sama Manda Chung ..", bisik nya di telingaku. 

Aku takut. Lalu aku segera keluar dari ruangan. Tapi David menarik tanganku. 

"Sorry ya, gw gak bermaksud apa-apa, gak ada maksud , tapi - kali ini gw harus bilang kalau ...", ujar nya.

Aku menarik baju nya lagi dan menghempaskan tubuh nya ke dinding,

" David, jangan sampai jari - jari ini merobek baju itu atau bahkan menarik rambut gelombang kamu itu yang .. atau ketawa renyah-mu yang mengusik mimpi - mimpi gw selama ini, sialan...".. 

Kemudian aku segera keluar dari ruangan. Jantungku berdegup kencang. Mataku seperti kabur dan merasakan ada air mata menggenang di pelupuk. Cepat -cepat aku meraih kacamata hitam dan bergegas pamit kepada Dimas dan teman - teman nya. 

Apa ini? Mau apa akuuu?. Menggoda nya??? Ya tuhan! Apa semua kata - kata Diana itu benar?!!! Aku memang tergila -gila pada nya, tapi apa yang aku lakukan?? Ini skandal! 

Aku takut , bingung, tapi merasa bebas, liar dan terbelenggu. Sesampai nya di rumah, aku membersihkan riasan di wajahku. Mencuci kedua tanganku. Merasa jijik dengan bibir bergincu merah ini. 

Aku melihat wajah ku di cermin, 

"You are bitch, Amanda....", kata ku sambil menatap wajah ku sendiri di cermin. Kemudian, aku merasa kepalaku sakit. Air mata ini juga lagi - lagi menetes. Aku menyeka air mataku dan menghempaskan tubuh ini ke atas tempat tidur. Kemudian tertidur. 

Perasaan ini membuatku takut. Sebenar nya apa yang terjadi?. Parfum itu memantik skandal dan pergulatan batin antara kata kecil - ku dengan hasrat dan rasa ingin memiliki yang tidak bisa aku tahan lagi. Ku melempar lipstik merah Dior Rouge ke sudut ruangan dan parfum D-Honest. Bahkan aku memaki-maki kedua benda itu. Bergumul bersama mereka , membuat ku menjadi orang lain. 

Entah berapa lama aku tertidur. Aku merasa ada seseorang yang menguncang -guncang tubuhku.

"Teh, bangun....."

Terdengar suara sayup - sayup memanggil namaku.

"Teteh - gak kerja? Ini kenapa lipstik dan parfum tercecer di bawah lantai..."

Tanya suara itu. Kemudian aku mencoba membuka mata ku dan mencari sumber suara itu. Ketika aku membuka kedua mataku, aku terdiam sejenak.

"Arya..?, arya - kamu pulang..?", 

"Iya Arya pulang , lagi libur smester, teh..."

Itu Arya adikku - aku memeluk erat diri nya dan menangis tersedu-sedu.

"Iiiih teteh, kenapa sih? Arya pulang, tenang atuh....."

Tidak lama aku mendengar suara ibu di ujung pintu. 

"Eh , anak gadis mamih uda bangun", sapa ibu hangat. 

Aku menyeka air mataku. Kemudian memeluk erat ibu. Aku sangat ingin cerita banyak. Tapi , belum saat nya cerita soal David. 

"Teh, itu ada yang telepon...."

Aku melihat ponsel ku. Dan melihat ini ternyata masih hari Jumat. Jam di ponsel menunjukkan pukul 9 pagi.

"Ya mba, sorry mbak, kepala gw pusing banget dan meriang. Gw ga ngantor hari ini ya, sorry ya mba...."

"Oalah... yaudah gak apa - apa, beb, istirahat aja dulu. Take care ya beb..."

"Ini kan lipstik mahal, kenapa di buang?" Tanya ibu lembut. 

"Ibu kapan pulang...?"

"Jawab pertanyaan ibu, kenapa lisptik ini di buang...?"

Sebelum menjawab pertanyaan ibu, aku menghela nafas panjang. 

"Lagi sebel aja..."

" Gak boleh begitu, barang ini kan tidak menyakiti kita. Jadi dia gak bersalah, dong...."

"Ini pasti ada sesuatu deh...", ujar  Arya.

Kemudian aku mengalihkan pertanyaan - pertanyaan mereka dengan memeluk mereka erat. Di saat terguncang seperti ini, aku butuh support. Ayah kembali ke Bandung, ternyata rumah kedua kami lagi ada urusan nukang, kata ibu lagi ganti keramik di teras dan nge cat ruang tamu. Jadi hari ini aku belum bertemu ayah. Kemudian ibu memasakkan sop iga untuk ku. Semalam aku meriang. Meriang ketakutan. Aku ga mau bertemu David dulu sementara. Dan gak mikirin lagi kapan iklan parfum nya mau launching. 

Aku hanya ingin meluangkan waktu bersama keluargaku. Mendengar cerita Arya dan ibu selama di Bandung, mereka mengajakku liburan ke sana jika pekerjaan ku sudah selesai. Syukurlah, semua pemotretan ku sudah rampung semua. Senin, meeting final sebelum majalah naik cetak. Semoga gak ada revisi. Arya sedang libur smester 1 bulan. Jadi lumayan ada yang bisa anter jemput ke kantor deh. 

Jadi hari ini aku benar-benar di layani ibu,huhu... di masakin, di pijitin kaki sama Arya, huhu.... senangnya... 

"Teh, aya tamu kayak nya di depan....ada cowok gondrong....", kata Arya padaku. Sontak aku menjatuhkan sendok yang siap masuk ke dalam mulutku..

"Ini kan masih jam 10, siapa ya....", Arya menaikkan bahu nya , tanda tidak tahu.. 

" coba liat nak, siapa itu...", perintah ibu. 

Aduh... aku jadi takut. Jangan - jangan itu Dave. Duh enggak - bukan....

Aku membuka pagar depan rumah dan melihat Dimas berdiri di depan pagar dengan sepeda olahraga nya. 

"Haaaaai.... Manda! Sorry gw ganggu pagi-pagi dan lagi sepedaan juga sih...",sapa nya renyah..

"Ayo masuk Dim, lagi ada nyokap nih sama Arya, eng....lo sendiri kan..?"..

"Wah ada nyokap sama Arya!, iya gw sendiri, Dave tadi pagi cabut ke Bira sama anak-anak acara TV-nya, 2 hari stay ke Bira", jawab Dimas. 

Ibu dan Arya terkejut melihat siapa yang datang.

"Wiiii.....ada bang Dimas", sapa Arya merangkul Dimas.

"Ya Allah, dek Dimas.... apa kabar? Ini sendiri ? Naik sepeda? Tinggal dimana sekarang?", tanya ibu bertubi-tubi.

Kemudian Dimas menyerahkan sebuah gulungan poster yang terbungkus plastik kepadaku. 

"Baik tante, sekarang Dimas tinggal di Gandaria. Kebetulan ada rumah kantor di situ", jawabnya seraya membuka helm sepeda dan kacamata Rayban nya. 

"Makin nge-grunge aja mas, tapi bersihan ya sekarang. Dulu buluk kek nya....", ledek Arya. 

"Heh Arya gak boleh gitu ah....", ibu menegur Arya dengan colekan maut nya. 

"Dimas sudah berkeluarga?", tanya ibu. 

"Belum tante, rencana sih taun depan menikah, in syaa allah - doain ya tante, lagi nabung nyicil beli rumah nih", jawab Dimas.

"Ma syaa allah, keren ih uda nyicil beli rumah...."

"Ya perjuangan lah, tante"

"Gimana, anak tante - si Manda, udah punya bokin, belum...?", tanya ibu menggunakan istilah bahasa anak muda tapi terdengar lucu, hehe...

Aku melotot kepada Dimas agar dia tidak bicara macam-macam soal itu. Lagian aku kan emang gak punya pacar. 

"Ada sih yang naksir Manda, cuma... Manda nya nih tante, masih gagal paham...."

"Duh - si Manda, masih aja emang yaa kaku , yaudah tante tinggal dulu ya ke dalem", ujar Ibu dan Arya pun bergegas masuk ke dalam rumah.

"Nda, ini poster parfum ya yang kemaren, langsung di garap sama Dave..."

"Oh -iya, nanti gw liat..."

"Btw, lo kenapa kemaren? Gw liat kyk buru - buru banget, lo sama David , jadian kan?", tanya Dimas.

"Enggak - gw sama dia gak jadian"...

"Dia bilang sama gw , dia ngaku kalo lo sama dia uda jadian, waduh gimana nih si David. Maen kabur aja ke Bira..." 

"Emang dia gimana bilang nya..."

"Dia bilang, gw sama Manda itu uda jadian. Cuma dia mau casual aja gitu, kata nya"...

"Tapi dia kemaren juga aneh sih gelagat nya. Senyam - senyum sendiri. Terus tiba-tiba dia meluk gw, jijaaay..."

Aku tertawa mendengar nya. 

"Kalo emang kalian pacaran, gw seneng.. tapi off record aja, karena Dave kan artis nih, tar yang ada ketauan Lambe turah, repot deh, tar siap - siap aja lu di buru wartawan gosip"....

"Haha....gak lah, gw juga gatau gw kenapa, gw takut sama Dave.."

"Gimana sih?? Dave pacar pertama lo, artis, ganteng , terkenal, lo takut gimana?"..

"Gw tu ga ngerti pacaran itu kayak gimana? Bahasa nembak itu kaaan  " I Love You ...."

"Yaaaa Allah - Ya Robbi , Manda, umur berapa ish lo? 17 tahun?. Cowok nembak itu gak selalu bilang -Aku Cinta Kamu. Bisa aja bahasa nya beda, karena tiap cowok itu beda karakter. Kayak gw sama Karin. Calon bini gw, sebelum gw tembak, gw  bilang sama dia gini ; Karin, aku nyaman sama kamu. Mau deket - deket kamu terus. Kita begini aja terus yaa... Gw siap serius lanjut karena gw mau lu jadi bini gw ..., gitu bahasa gw kan begajulan..."

"Dave gak ada ngomong begitu, dia cuma bilang - dia nyaman sama gw, gak mau jauh-jauh dari gw dan gak ada bilang sayang dan cinta..."

Dimas menepuk kepalanya. 

"Duuuh.... lo tu lemot ya... itu dia nembak , Manda!"... 

"Dia cerita sama gw kalau dia itu bingung sama lo karena lu gak ngerti - ngerti di kode-in, di bawa jalan sampe ke tempat romantis di Hutan Pinus!. Maka nya gw ke sini buat clear-in semua. Dia itu lagi di jodoh - jodoh-in sama produser acara tv dia, maka nya dia cabut ke Bira itu modus aja tu temen-temen tv-nya...", beber Dimas detail.

"Cowok kalau uda 'turun tangan' nya, entah dia nyentuh tangan, muka, belai rambut,  itu bahasa tubuh sayang- nya dia, Mandaaa....istigfar deh gw...", ledek Dimas sembari meneguk teh yang di sajikan ibu. 

"Manda , kalo aja gw gak dateng hari ini buat jelasin ginian - dan dia keburu jadian sama cewek lain, nyeseeeel dunia akhirat lu Man!, dia uda mapan, bisnis dia oke semua, terjamin, rumah uda ada, anak tunggal, nyokap nya asli baiiiik banget, motor nya kece - Royal Einfield, kesukaan lo kan tu motor??. Mobil aja yang belom ada sih, tapii ah bodo amat, cowok lajang uda punya rumah - kudu cuusss di sikaaaat"... 

Aku menghempaskan tubuh ku ke sandaran kursi. Ya Tuhan....jadi kami sudah pacaran?. Jadi kemarin itu aku menegaskan perasaan ku pada nya. 

"Minggu dia minta gw jemput dia di Marina, dan bodo amat lu harus ikut  gw!", perintah Dimas padaku. 

"Itu kenapa gw ga punya pacar melulu ya-gw ga ngerti konsep rasa memiliki, sayang, bahasa tubuh orang sayang dan cinta aja gw ga ngerti...", kata ku sembari melamun. 

"Rasa cinta dan sayang ga perlu konsep ribet - gak selalu di ucapkan melalui kata - kata. Tapi, di ungkapkan dengan bahasa tubuh, seperti menyentuh, sentuhan nya lain ya. Bukan sentuhan cabul. Nah ini gw harus perdalam lagi ya, karena lu pan lempeng nih orang nyeeee....", ujar Dimas sambil bercanda meniru logat betawi..

"Sentuhan lembut tu kayak seorang ibu yang lagi ngusap rambut bayi-nye, nah itu sentuhan kasih sayang. Beda kalo ame sentuhan cabul bin bahlul!, kalo cabul itu lebih ke meraba-raba, gerepek-gerepek... nah itu baru pelecehan, paham sampe sini..?, tanya Dimas. Aku tertawa mendengar penjelasan nya. 

"Iyaaa - iyaaaa gw ngerti!"

"Gw ga yakin lu ngarti, btw gw mau clear in juga, kalau David itu cuma pura-pura suka aja sama Diana. Dan kita terpaksa ngelakuin itu karena ada sesuatu...", jelas Dimas lagi. 

"Lo gausah percaya 100% apa yang di omongin Diana soal David aja, tapi tetep profesional kerja sama dia", nasehat Dimas pada-ku.

" iyaaah kakak Dimass...."

"Kita tuh udah 26 something - uda gak jaman lagi naksir cowok kayak abg. Kalo lo suka sama cowok, tembak aja langsung. Sabodo-lah dia nolak atau terima. Usia - usia uda mulai membina hubungan ke jenjang lebih serius... " Begitu kata Dimas. 

Aku membuka poster iklan parfum D-Honest. Wajah ku tertutup siluet bayangan hitam. Hanya memperlihatkan garis bibir ku dengan lipstik merah berwarna maroon. Di bawah foto - ku ada foto David yang sedang tertawa , hanya terlihat setengah, dari hidung ke bawah. Di antara foto kami berdua, ada foto produk parfum David berukuran agak besar, dengan tagline ; Belenggu Yang Terlepas. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun