Azan masih berkumandang, tapi terdengar lebih sayup. Seakan datang dari tempat yang jauh, seperti terjebak di ruang yang tidak bisa kucapai.
Aku menelan ludah. Mengapa tidak ada yang berbuka?
Aku mengalihkan pandangan ke piring di depanku. Masih utuh. Tak tersentuh.
Dan saat ikamah mengalun, kesadaran menghantamku.
Ternyata bukan karena ada yang salah dengan tempat ini.
Tapi karena aku berbuka sendirian.
Tidak ada ayah yang menawariku es buah dulu sebelum menyentuh makanan berat. Tidak ada ibu yang mengomeliku karena minum teh panas terlalu cepat. Tidak ada adik yang diam-diam mengambil gorenganku lebih dulu.
Tidak ada tawa. Tidak ada kehangatan.
Hanya aku, dan suara azan yang semakin memudar.
Ternyata, yang membuat semuanya terasa begitu sepi bukan karena ada sesuatu yang menghilang.
Tapi karena aku sedang jauh dari rumah.