"Bu... saya datang bukan untuk mengambil Mas Adi dari Ibu. Saya datang untuk menambah satu orang yang sayang sama Ibu. Saya mau jadi anak Ibu juga. Kalau Ibu izin."
Ibu Sari menatapnya lama. Lalu, perlahan, tangannya yang keriput meraih tangan Lely. Gemetar.
"Duduklah," bisiknya. "Tehnya masih panas. Dan... kuenya... enak."
Adi tersenyum, hampir menangis.
Di luar, hujan mulai turun. Tapi di dalam rumah, untuk pertama kalinya, terasa seperti rumah.
***
Beberapa bulan kemudian, Lely hamil.
Saat ia memberi tahu, Ibu Sari tidak langsung tersenyum.
Ia diam. Lalu pergi ke dapur.
Lely mengira ia tidak senang.
Tapi lima menit kemudian, Ibu Sari kembali dengan bungkusan kecil.
"Ini jahe asli dari kampung. Rebus tiap pagi. Jangan lupa makan pagi. Dan... kalau mual, minum air kelapa muda. Jangan minum kopi."
Lely memeluknya. Kali ini, Ibu Sari tidak menolak.
Ia hanya berbisik, "Jaga anakku... dan cucuku."
Dan untuk pertama kalinya, ia memanggil Lely dengan satu kata yang selama ini ditunggu: "Nak."