Perusahaan dengan sistem ERP, IoT, dan AI menuntut real-time costing, bukan yang berbasis akrual 30 hari. Tapi sistem lama kita yang masih disusun manual, pakai rumus Excel dan asumsi statis tak lagi mampu berlari. Akuntansi biaya kini bukan soal mencatat, tapi membaca sinyal dari ribuan titik data.
Â
Apakah ABC Masih Relevan?
Activity-Based Costing (ABC) dulunya dianggap revolusioner. Tapi kini banyak perusahaan merasa model itu "berat di konsep, rumit di praktik." Mereka pun kembali ke traditional costing, meski tahu itu menyesatkan.
Maka muncul dilema, apakah kita perlu ABC versi baru yang lebih ringan, cepat, dan adaptif terhadap digitalisasi? Sebuah "Next-Gen ABC" yang tak hanya menelusuri biaya, tapi juga perilaku pengguna, waktu respons, bahkan UX design?
Â
Ketika Psikologi Menghantui Biaya
Akuntansi biaya sering diasumsikan objektif. Padahal manajer sering jatuh pada bias mempertahankan proyek rugi karena "sudah terlanjur keluar dana" (sunk cost fallacy), atau menolak investasi karena takut rugi walau analisis menunjukkan sebaliknya.
Muncullah cabang baru yang mulai dilirik yaitu Behavioral Costing yang tak hanya melihat angka, tapi juga membaca psikologi di balik keputusan biaya. Di sini, biaya bukan cuma soal nominal, tapi juga soal emosi dan persepsi.
Â
Startup, Platform, dan Biaya yang Kabur