Mohon tunggu...
Alfati Yandra
Alfati Yandra Mohon Tunggu... pelajar

mainbola/baik/konten barbie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan menuju air terjun rahasia

21 September 2025   22:03 Diperbarui: 21 September 2025   22:03 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perjalanan Rahasia ke Air Terjun, Inilah Alur Ceritanya

    Sore itu, aku dan teman-teman berkumpul di halaman rumah untuk bermain seperti biasa. Suasana penuh canda tawa membuat sore terasa singkat.

    "Eh, besok enaknya kita main ke mana ya?" tanya Kia sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau ke air terjun di desa sebelah? Katanya indah banget," usul Iing.

"Wah, setuju! Aku udah lama pengen ke sana," sahutku dan indri dengan semangat.

    Tanpa banyak berpikir, kami pun sepakat membuat janji untuk pergi ke air terjun besok pagi. Namun, ada sedikit rasa was-was karena kami belum izin ke orang tua.

"Kalau orang tua nggak bolehin gimana?" tanyaku ragu.

"Tenang aja, nanti kita cari cara," jawab Indri mantap.

    Malamnya, aku mulai mempersiapkan segala sesuatu. Sambil memasukkan baju ke tas, aku bergumam, "Semoga besok berjalan lancar."

    Besok paginya, setelah matahari muncul, aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tua.

"Bu, boleh nggak aku bawa motor? Mau pergi sama teman," kataku hati-hati.

Ibu menatapku sebentar, lalu berkata, "Jangan jauh-jauh, hati-hati di jalan."

"Iya, Bu. Terima kasih," jawabku lega.

    Setelah semua teman berkumpul, kami berangkat bersama-sama menuju air terjun.

"Wah, seru banget naik motor rame-rame gini," kataku.

"Hati-hati, jangan ngebut!" teriak Kia dari belakang.

    Beberapa waktu kemudian, kami sampai di parkiran air terjun.

"Akhirnya sampai juga, capek banget duduk di motor," keluh indri.

"Ayo semangat, perjalanan masih lanjut mendaki," sahut Iing sambil tertawa.

    Dari parkiran, perjalanan harus dilanjutkan dengan mendaki.

"Aduh, jalannya nanjak banget," kataku ngos-ngosan.

"Sabar, bentar lagi sampai kok," hibur Iing.

    Tiba-tiba, Kia terpeleset karena jalan licin.

"Awas!" teriak Indri panik.

Untung saja ia cepat berpegangan pada batu.

"Aduh, kakiku sakit," keluhnya.

"Kamu bisa jalan nggak?" tanya Iing cemas.

"Bisa, tapi agak perih," jawab Kia pelan.

    Kami sempat ragu apakah perjalanan dilanjutkan atau tidak.

"Gimana kalau kita balik aja?" usul Indri.

"Sayang banget kalau nggak sampai. Kita jalan pelan-pelan aja," kata Kia menenangkan.

Akhirnya semua setuju untuk tetap melanjutkan.

    Ketika suara gemericik air mulai terdengar, semangat kami kembali.

"Dengar nggak? Itu pasti suara air terjun!" teriak Iing gembira.

"Yes! Akhirnya sebentar lagi sampai," jawabku.

    Saat tiba di air terjun, kami bersorak gembira.

"Wah, indah banget!" kata Indri terpesona.

"Ayo foto dulu biar ada kenang-kenangan," ajak Kia.

Kami pun bermain air dan berfoto bersama penuh tawa.

    Tiba-tiba hujan deras turun. Air terjun semakin deras, aliran sungai di bawahnya mulai meninggi.

"Cepat! Kita harus pergi sekarang!" teriakku.

"Tunggu, tas aku ketinggalan di batu sana!" kata Iing panik.

"Nggak usah! Nyawa lebih penting," jawab Indri dengan wajah tegang.

    Untunglah hujan cepat reda, dan kami berhasil kembali ke parkiran meski sempat salah jalan.

"Ya ampun, aku kira kita nggak bakal selamat," kata Kia sambil menghela napas.

"Syukurlah kita bisa pulang dengan selamat," jawabku lega.

Hari itu menjadi pengalaman penuh kejutan yang tak akan pernah kami lupakan.

  

Alur adalah rangkaian peristiwa yang tersusun secara logis dan kronologis dalam sebuah cerita, mulai dari awal hingga akhir. Alur berfungsi untuk mengikat jalan cerita agar pembaca mudah mengikuti perkembangan tokoh, konflik, dan penyelesaiannya.

Tahapan alur biasanya terdiri dari lima bagian:

1.Orientasi(Pengenalan)

Bagian awal yang mengenalkan tokoh, latar, dan suasana sebelum masalah muncul.

Contoh dari cerpen:

"Sore itu, aku dan teman-teman berkumpul di halaman rumah untuk bermain seperti biasa. Suasana penuh canda tawa membuat sore terasa singkat."

2.Komplikasi(Munculnya Masalah)

Bagian di mana tokoh mulai menghadapi rintangan, sehingga cerita terasa menegangkan.

Contoh dari cerpen:

"Tiba-tiba, Kia terpeleset karena jalan licin."

3. Klimaks (Puncak Masalah)

Titik ketegangan tertinggi, saat masalah berada pada situasi paling genting.

Contoh dari cerpen: "Tiba-tiba hujan deras turun. Air terjun semakin deras, aliran sungai di bawahnya mulai meninggi."

---

4. Resolusi (Penyelesaian Masalah)

Bagian ketika tokoh menemukan jalan keluar dari masalah atau konflik mulai mereda. Pada tahap ini, ketegangan mulai turun karena ada solusi. 

Contoh dari cerpen: "Untunglah hujan cepat reda, dan kami berhasil kembali ke parkiran meski sempat salah jalan."

* Artinya, masalah hujan deras dan banjir kecil berhasil diatasi dengan selamatnya mereka kembali ke parkiran.

5. Koda (Penutup / Amanat)

Bagian akhir yang biasanya berisi ke simpulan, pelajaran hidup, atau kesan mendalam dari cerita. Fungsi koda adalah menegaskan makna perjalanan tokoh.

Contoh dari cerpen: "Hari itu menjadi pengalaman penuh kejutan yang tak akan pernah kami lupakan."

* Artinya, pengalaman berbahaya tersebut memberi kesan mendalam dan mengandung pesan bahwa keberanian, kehati-hatian, dan kerja sama sangat penting dalam sebuah perjalanan.

Perjalanan Rahasia ke Air Terjun, Inilah Sudut Pandangnya

    Sore itu, aku dan teman-teman berkumpul di halaman rumah untuk bermain seperti biasa. Suasana penuh canda tawa membuat sore terasa singkat.

    "Eh, besok enaknya kita main ke mana ya?" tanya Kia sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau ke air terjun di desa sebelah? Katanya indah banget," usul Iing.

"Wah, setuju! Aku udah lama pengen ke sana," sahutku dan indri dengan semangat.

    Tanpa banyak berpikir, kami pun sepakat membuat janji untuk pergi ke air terjun besok pagi. Namun, ada sedikit rasa was-was karena kami belum izin ke orang tua.

"Kalau orang tua nggak bolehin gimana?" tanyaku ragu.

"Tenang aja, nanti kita cari cara," jawab Indri mantap.

    Malamnya, aku mulai mempersiapkan segala sesuatu. Sambil memasukkan baju ke tas, aku bergumam, "Semoga besok berjalan lancar."

    Besok paginya, setelah matahari muncul, aku memberanikan diri meminta izin kepada orang tua.

"Bu, boleh nggak aku bawa motor? Mau pergi sama teman," kataku hati-hati.

Ibu menatapku sebentar, lalu berkata, "Jangan jauh-jauh, hati-hati di jalan."

"Iya, Bu. Terima kasih," jawabku lega.

    Setelah semua teman berkumpul, kami berangkat bersama-sama menuju air terjun.

"Wah, seru banget naik motor rame-rame gini," kataku.

"Hati-hati, jangan ngebut!" teriak Kia dari belakang.

    Beberapa waktu kemudian, kami sampai di parkiran air terjun.

"Akhirnya sampai juga, capek banget duduk di motor," keluh indri.

"Ayo semangat, perjalanan masih lanjut mendaki," sahut Iing sambil tertawa.

    Dari parkiran, perjalanan harus dilanjutkan dengan mendaki.

"Aduh, jalannya nanjak banget," kataku ngos-ngosan.

"Sabar, bentar lagi sampai kok," hibur Iing.

    Tiba-tiba, Kia terpeleset karena jalan licin.

"Awas!" teriak Indri panik.

Untung saja ia cepat berpegangan pada batu.

"Aduh, kakiku sakit," keluhnya.

"Kamu bisa jalan nggak?" tanya Iing cemas.

"Bisa, tapi agak perih," jawab Kia pelan.

    Kami sempat ragu apakah perjalanan dilanjutkan atau tidak.

"Gimana kalau kita balik aja?" usul Indri.

"Sayang banget kalau nggak sampai. Kita jalan pelan-pelan aja," kata Kia menenangkan.

Akhirnya semua setuju untuk tetap melanjutkan.

    Ketika suara gemericik air mulai terdengar, semangat kami kembali.

"Dengar nggak? Itu pasti suara air terjun!" teriak Iing gembira.

"Yes! Akhirnya sebentar lagi sampai," jawabku.

    Saat tiba di air terjun, kami bersorak gembira.

"Wah, indah banget!" kata Indri terpesona.

"Ayo foto dulu biar ada kenang-kenangan," ajak Kia.

Kami pun bermain air dan berfoto bersama penuh tawa.

    Tiba-tiba hujan deras turun. Air terjun semakin deras, aliran sungai di bawahnya mulai meninggi.

"Cepat! Kita harus pergi sekarang!" teriakku.

"Tunggu, tas aku ketinggalan di batu sana!" kata Iing panik.

"Nggak usah! Nyawa lebih penting," jawab Indri dengan wajah tegang.

    Untunglah hujan cepat reda, dan kami berhasil kembali ke parkiran meski sempat salah jalan.

"Ya ampun, aku kira kita nggak bakal selamat," kata Kia sambil menghela napas.

"Syukurlah kita bisa pulang dengan selamat," jawabku lega.

Hari itu menjadi pengalaman penuh kejutan yang tak akan pernah kami lupakan.

  Sudut Pandang Cerpen Perjalanan Rahasia ke Air Terjun

Paragraf 1

Kalimat contoh:"Sore itu, aku dan teman-teman berkumpul di halaman rumah untuk bermain seperti biasa."

Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan:Ada kata "aku" yang menceritakan langsung pengalaman tokoh utama

     Paragraf 2

* Kalimat contoh : "Eh, besok enaknya kita main ke mana ya?" tanya Kia sambil tersenyum.

Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator ikut mendengar percakapan, bahkan menanggapi ide temannya.

Paragraf 3

* Kalimat contoh: "Tanpa banyak berpikir, kami pun sepakat membuat janji untuk pergi ke air terjun besok pagi."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Kata "kami" menandakan narator bagian dari kelompok yang membuat keputusan.

Paragraf 4

* Kalimat contoh: "Malamnya, aku mulai mempersiapkan segala sesuatu."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Kata "aku" menunjukkan narator menceritakan persiapan dirinya sendiri.

Paragraf 5

* Kalimat contoh: "Bu, boleh nggak aku bawa motor? Mau pergi sama teman," kataku hati-hati.

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator terlibat langsung dalam percakapan dengan ibunya.

Paragraf 6

* Kalimat contoh:"Setelah semua teman berkumpul, kami berangkat bersama-sama menuju air terjun."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator ikut serta dalam perjalanan, terbukti dengan penggunaan"kami".

Paragraf 7

* Kalimat contoh: "Akhirnya sampai juga, capek banget duduk di motor," keluh Indri.

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator menyampaikan pengalaman teman-temannya dalam perjalanan yang juga ia rasakan.

Paragraf 8

* Kalimat contoh: "Aduh, jalannya nanjak banget," kataku ngos-ngosan.

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator menceritakan kesulitan fisiknya sendiri dengan kata "kataku".

Paragraf 9

* Kalimat contoh: "Tiba-tiba, Kia terpeleset karena jalan licin."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator menyaksikan kejadian secara langsung, lalu menggambarkannya kepada pembaca.

Paragraf 10

* Kalimat contoh: "Gimana kalau kita balik aja?" usul Indri.

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator ikut berdiskusi tentang melanjutkan perjalanan atau tidak.

Paragraf 11

* Kalimat contoh: "Ketika suara gemericik air mulai terdengar, semangat kami kembali."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Kata "kami" menunjukkan narator berada dalam kelompok yang merasakan suasana itu.

Paragraf 12

* Kalimat contoh: "Saat tiba di air terjun, kami bersorak gembira."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator ikut mengalami kegembiraan bersama teman-temannya.

Paragraf 13

* Kalimat contoh: "Tiba-tiba hujan deras turun. Air terjun semakin deras, aliran sungai di bawahnya mulai meninggi."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator menceritakan situasi berbahaya yang ia alami bersama kelompoknya.

Paragraf 14

Kalimat contoh: "Untunglah hujan cepat reda, dan kami berhasil kembali ke parkiran meski sempat salah jalan."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator menggambarkan bagaimana kelompoknya keluar dari situasi berbahaya.

Paragraf 15

* Kalimat contoh: "Hari itu menjadi pengalaman penuh kejutan yang tak akan pernah kami lupakan."

* Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama

* Alasan: Narator menutup cerita dengan kesan pribadi yang dialami langsung.

  Kesimpulan

Semua paragraf cerpen menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata "aku" dan "kami". Dengan sudut pandang ini, cerita terasa lebih hidup karena pembaca seolah mendengar langsung pengalaman tokoh utama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun