Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rumah Peninggalan Belanda

21 Agustus 2022   12:00 Diperbarui: 21 Agustus 2022   12:03 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bertepatan dengan proklamasi kemerdekaan, Kariadi mendatangi rumah Kolonial Belanda.

Rumah ini sengaja dibangun dengan dinding sangat tebal-- dominan warna putih. Sudut atap menjulang tinggi, lebih dari 50 derajat. Bentuk eksterior terkesan elegan, jendela dan pintu besar bermaterial kayu jati. Halamannya luas, dan ditumbuhi pepohonan. 

Baca juga: Cerpen: Tertangkap

Yang dihuni oleh sepasang suami istri, bernama Tuan Loen Costa dan Nyonya Caroline.

Kariadi bekerja sebagai Asisten pribadi Nyonya Besar. Menjaga 24 jam, tanpa berbekal pendidikan yang tinggi. Hanya lulus Sekolah Menengah Pertama.

Pekerjaan bersifat balas budi atas kebaikan sang majikan.

Pada masa penjajahan Kolonial Belanda, hasil panen sawah telah direbut secara paksa oleh mereka. Lantas Tuan Loen membeli tanah perkebunan milik orang tuanya yang telah dirampas, dan memberi kebebasan pada keluarganya untuk bisa menanam di lahannya. Kemudian akan menerima kompensasi dalam bentuk uang dengan harga yang ditentukan Tuan Loen tanpa memperhitungkan harga komoditi di pasaran dunia.

Orang lain yang mengetahui cerita hidupnya akan mengatakan, Kariadi gampang dibodohi.

Kariadi sudah menjadi kepercayaan Tuan Loen. Tugas yang diberikan kepadanya tak lepas dari tanggung jawab. Selain itu, Kariadi pun sangat setia pada majikannya.

Saat Tuan Loen ada pertemuan penting di Kota Jakarta selama sebulan tanpa ditemani Nyonya Caroline. Peristiwa besar terjadi.

Usianya kini menginjak kepala tiga. Kariadi masih belum berkeluarga. Diam-diam memperhatikan Nyonya Caroline lewat jendela kamarnya yang terbuka lebar. Dia selalu mengambil kesempatan itu, dengan berpura-pura menyiram tanaman.

Tampak Nyonya Caroline tengah menyampirkan handuk sambil menyisir rambutnya yang basah. Kedua mata Kariadi membola. Astaga. Hampir saja, ketahuan Nyonya Caroline-- menoleh ke arah jarum jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun