Tiba-tiba Nyonya Caroline memanggil Kariadi. Menyuruhnya membersihkan tumpahan cairan minyak di lantai keramik. Kariadi menebak itu adalah minyak kemiri yang biasa digunakan selepas keramas. Perawatan untuk rambut pirangnya-- pantas saja tampak lembut, lebat dan bercahaya.
Rambutnya terurai, tersibak angin. Musim kemarau panjang membuat suasana sejuk di sore ini. Selepas itu, Kariadi membantu majikannya menutup jendela. Sedikit kesusahan jemari mereka tanpa sengaja bersentuhan. Kariadi segera meminta maaf.
Nyonya Caroline memberikan senyuman manis, Kariadi tercengang atas tanggapan sang majikan. Biasanya, Nyonya Caroline akan memberi balasan tatapan tajam. Tapi, sekarang. Meskipun Kariadi hampir bersikap kurang ajar karena berani menyentuh jemarinya. Nyonya Caroline tersenyum. Senyum membayang dalam mimpi Kariadi. Sampai-sampai dirinya keramas sehari dua kali.
Kesempatan tak disia-siakan.
Malam itu, Kariadi menunggu Nyonya Caroline keluar dari kamarnya. Hal yang biasa majikannya lakukan sebelum terlelap. Membersihkan muka. Tanpa pikir panjang ia mengikuti langkah majikannya, dan ternyata Nyonya Caroline melewati pintu kamar mandi. Menuju lantai bawah tanah. Ruangan rahasia yang belum pernah dijamah olehnya. Kariadi menebak-nebak sendiri, apa yang tengah majikannya lakukan di bawah sana?Â
Selama bertahun-tahun, Kariadi mengira dia sudah mengetahui seluk beluk rumah ini. Bangunan yang luas rupanya memiliki ruangan rahasia.Â
Nyonya Caroline menyusuri lorong yang panjang, di ujung baru terdapat sebuah pintu. Beruntung kedua mata Kariadi masih normal di ruangan redup cahaya. Lampu temaram hanya dari pintu pertama. Setiap lorong, pagar terdapat lekukan sehingga mempermudah persembunyian Kariadi.
Di balik pintu, Kariadi menguping pembicaraan Nyonya Caroline dengan orang asing. Siapa orang asing yang disekap majikannya? Bukankah Negara Indonesia sudah bebas dari penjajahan. Dirinya juga belum dikatakan merdeka. Walaupun selama ini, Tuan Loen sangat baik padanya. Mengapa Nyonya Caroline bisa lebih kejam dari suaminya? Kariadi tak henti membatin.
Nyonya Caroline lekas membuka pintu. Kariadi belum sempat kabur dari tempatnya. Nyonya Caroline terbelalak mendapati Kariadi berada di satu ruangan bersamanya.
"Laat dit incident niet door anderen worden gehoord! Waaronder de heer Loen." Nyonya Caroline meminta Kariadi agar kejadian ini tidak sampai terdengar oleh Tuan Loen. Mengatakan dengan bahasa Belanda. Kariadi bisa mengerti dari membaca kamus dan interaksi langsung dengan orang Belanda. Lalu Nyonya Caroline memberikan uang tutup mulut.
Dengan berat hati, mengiyakan permintaan sang majikan. Terhimpit pada suatu kenyataan. Nyonya Caroline menuntun Kariadi masuk ke dalam.