Bagaimana mereka bisa bertahan dalam gelombang kehidupan yang nyata?Â
Rezeki dari Allah SWT dan takdir di dunia ini memang sudah ada dalam ketentuan qada dan qadar. Tapi ekonomi rumah tangga bukan perkara kecil dan bukan pula soal cinta. Justru pernikahan tanpa persiapan finansial dan mental bisa berakhir pada konflik bahkan perceraian. Ini bukan menakut-nakuti, tapi membuka mata.
Daripada menghabiskan energi dan anggaran untuk simulasi kehidupan pernikahan yang palsu. maka akan jauh lebih bermanfaat bila sekolah mendorong siswa membangun mimpi besar. jadi profesional, pengusaha, guru, penulis, atau apapun yang berkontribusi nyata untuk masyarakat.Â
Maka dari itu, stop mempertontonkan kehidupan pernikahan yang pura-pura. Pendidikan agama di sekolah seharusnya membimbing siswa agar paham nilai-nilai Islami secara utuh.Â
Mari jadikan sekolah sebagai tempat lahirnya generasi masa depan yang kuat, cerdas, dan siap mengabdi. Karena kehidupan sesungguhnya bukan tentang seberapa megah pelaminan, tapi seberapa siap kita menghadapi dunia yang tak selalu ramah.
Pendidikan adalah tentang mempersiapkan anak-anak kita menghadapi kehidupan. bukan sekadar meniru cuplikan kehidupan orang dewasa. Menikah memang penting tapi bukan prioritas utama bagi siswa SMA.Â
Mari bijak memilih praktik pembelajaran PAI yang mendekatkan mereka pada Allah SWT. Karena tujuan akhir dari belajar agama adalah hidup dalam ridha-Nya setiap hari.
Kehidupan masih panjang, dunia masih luas, peluang masih terbuka. Mari arahkan semangat mereka untuk membangun pondasi kehidupan yang kokoh terlebih dahulu. baru kemudian berpikir soal berumah tangga secara dewasa dan tanggung jawab.
Jika kita bisa mengemas pendidikan agama dengan hikmah dan hemat maka kita telah melatih generasi yang bukan hanya sholeh tapi juga bijak dalam menata hidup. Insya Allah.
Semoga ini bermanfaat.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== AKBAR PITOPANG ==