Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Dia

5 September 2020   13:05 Diperbarui: 5 September 2020   13:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba di sekolah aku bercerita ke Masliah dan Lilit tentang kejadian memalukan kemarin dan mereka tertawa terpingkal-pingkal mendengar ceritaku.

" Makanya An kalau nyanyi nggak usah kenceng-kenceng." Kata Lilit sambil masih tetap tertawa.

" Ih Lilit kan nggak tahu ada yang dengerin." Ujarku sambil makan pisang goreng yang dibeli di mang Yayan.

Henhen dan masliah ikutan tertawa dan sesekali menimpaliku.

" Orangnya yang mana ya?" tanya Masliah,

" Kayaknya belum pernah ketemu deh." Jawabku ke Masliah.


" Ntar juga tahu." Kata henhen.

Tak lama terdengar bel masuk dan kami pun langsung memperhatikan guru yang mengajar. Sampai jam pelajaran selesai dan kami pulang. Mereka menggodaku bahwa aku sudah ditunggu penunggu batu. Dan kami tertawa sama-sama lalu pisah di gerbang depan sekolah sesuai dengan arah mobil masing-masing.

Di angkot Masliah kepo nanyain dia dan aku ceritakan setahu aku saja kan ketemunya juga baru dua kali bahkan aku belum tahu namanya walau dia sudah akrab memanggil namaku. Aku turun di depan kostnya dia tanpa menoleh kesana ke sini. Aku nyebrang jalan dan turun tangga menuju rumah uaku. Dari dalam warung ada yang memanggilku.
" Ani ada yang titip salam." Itu suara anak Bu Iis yang tukang warung. Teti namanya.

" Waalaikumsalam." Ujarku sambil melambaikan tangan ke Teti.

" Ih serius An, "dia keluar warung dan menghampiriku. Kemudian berbisik dan menyebut satu nama yang aku dengar kurang jelas. Aku tertawa saja mendengarnya. Lalu aku pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun