Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARYO dan Hidupnya (Catatan Hidup Sang Penulis)

6 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'pernah di suatu waktu,sorot mata aryo memperhatikan ke dua telapak kaki ibu nya,  dengan kondisi telapak kaki terpecah-pecah',,!!  (suatu kondisi di mana ibu aryo sangat sering berjalan sejauh berkilo-kilo meter dalam menjajakan makananya (empe-empe) kepada pembeli.

Aryo mengenyam pendidikan hanya sampai sekolah menengah pertama (SMP), keterbatasan ekonomi membuat mimpi aryo untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik (lewat pendidikan) harus sirna, kondisi perekonomian ibu dan keluarga barunya tidaklah membaik bahkan mengalami keterpurukan, karena ibu menikah dengan seorang yang gemar berjudi dan bahkan di suatu kesempatan menjual obat-obatan terlarang (narkoba).

Hal ini berdampak pada kondisi kehidupan keluarga aryo menjadi terbengkalai, kemiskinan membuat pendidikan tidak lah menjadi prioritas utama, karena di dalam pertahanan hidup hanya ''uang'' yang berkuasa atas 

Segalanya, kemiskinan dalam kehidupan aryo begitu merusak  rajutan sosial, tidak hanya terbatas dalam mencukupi kebutuhan primer (sandang, pangan, papan), tetapi membuat seseorang dalam keada'an miskin mengalami kematian berfikir (terkukung dan hidup dalam keadaan sangat kekurangan, tanpa tau harus bertindak seperti apa).

Selepas menyelesaikan proses pendidikan dasar (SD) di mana masa ini di lalui dua tahap antara pemalang-jakarta, aryo memasuki sekolah negeri menengah pertama (SMP), tetapi itu hanya berjalan sekitar tiga bulan, masa sekolah aryo harus kandas di tengah jalan, setelah itu aryo mengalami pembuangan ke kampung halamanya (pemalang), hidup yang di lalui aryo sangatlah memperihatinkan, di titipkan kepada kakak dan adik dari ibu aryo, yang memang ke-dua nya memiliki kehidupan dan perekonomian yang sangat terbatas, dan mereka memiliki keluarga (suami, anak-anak nya tersendiri), tanpa uang, makan pun seadanya, terkadang aryo makan hanya satu kali dalam sehari.

Kondisi sangat memprihatinkan itu datang!!,,,,ketika aryo mengais rezeki demi mendapat uang dengan cara yang tidak biasa ,,,,

'' kaki-kaki kecil itu terus mengayuh berkilo-kilo meter dengan beban yang berat, berpeluh keringat membasahi tubuh!, berhenti dari satu desa ke desa lain dengan menggunakan becak termodifikasi menjadi gerobak, di datangilah tempat-tempat pembuangan sampah dari satu rumah kerumah lain, hanya untuk mendapatkan sisa barang-barang bekas (sisa-sisa pelastik botol-botol air mineral, kaleng-kaleng bekas, alat-alat rumah tangga yang sudah tidak terpakai) untuk di jual kepada pengepul barang-barang bekas.

Pernah di suatu waktu aryo harus mengalami penyakit gatal-gatal (kudis), hal ini di dapati akibat aryo selalu bergelut dengan bau dan kotornya tempat-tempat pembuangan sampah yang menyebarkan berbagai macam virus dan bekteri dari limbah sampah, aryo mengeluti pekerjaan sebagai pencari barang bekas selama enam bulan, dengan rata-rata penghasilan hanya mencapai 15.000 (lima belas ribu rupiah) perhari, tidak sedikit masalah yang datang saat aryo mencari barang-barang bekas.

''pengusiran-pengusiran!!, tuduhan mencuri!!, bahkan hina'an!! adalah hal yang biasa di dapati aryo saat mencari barang-barang bekas''. dalam realitas sosial cara subyek mempersepsi obyek selalu berada dalam tataran ketidak adilan, karena masyarakat selalu menempatkan si miskin di dalam keterpinggiranya dengan segala asumsi negativ yang melekat padanya (si miskin).

                           **************************************************************************************

Selepas enam bulan aryo harus bergelut dengan keras nya kehidupan (mencari barang-barang bekas), ibu aryo pulang untuk menjemput aryo agar dapat melanjutkan sekolah nya di jakarta, aryo kini memasuki masa-masa remaja (14.th), lagi-lagi aryo mengalami pembuangan, aryo melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) di dalam yayasan pendidikan agama (pesantren), hal itu mengharuskanya untuk tetap tinggal menetap secara permanen, ini bukanlah kemauanya (paksaan), karena jauh di dalam lubuk hatinya aryo hanya ingin dekat dengan keluarga, menjadi seorang remaja seperti anak-anak lain mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun