Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARYO dan Hidupnya (Catatan Hidup Sang Penulis)

6 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gosip mulai terdengar dan sampai di telinga ibu aryo, para tetangga terutama kaum ibu di sekitar rumah aryo menceritakan hal buruk tentang kenakalan aryo, ibu aryo mulai mencemaskan putra pertamanya ini, demi kebaikan aryo, selama aryo tidak mau bekerja, ibunya memutuskan mengirim aryo ke kampung halamnya di pemalang, aryo tidak menolak dan berusaha menerima keputusan ibunya, hari demi hari di lalui aryo di pemalang, aryo banyak merasakan perubahan di dalam suasana desanya, setelah 4.th begitu banyak perubahan terjadi di desanya, desanya kini lebih sepi dan sunyi aryo tidak melihat pemuda yang berkumpul seperti biasaya, aryo mencoba bertanya kepada bibinya, kemana teman-teman masa kecilnya, aryo mendapat jawaban, bahwa suasana sepi di desanya di sebabkan oleh migrasi para warganya untuk merantau bekerja di kota (jakarta), terutama para pemuda, hal yang membuatnya lebih heran lagi adalah para gadis di usia rata-rata di bawah 20.th yang sudah berkeluarga dan bahkan memiliki anak.

                                       ***************************************************************************

Kabupaten pemalang adalah sebuah kota kecil dari bagian jalur pantai utara (pantura), kehidupan warganya memang di dominasi oleh para petani, maupun pedagang, masyarakat pemalang adalah penganut islam tradisional, warganya begitu sangat taat dalam menjalankan berbagai macam ritual ibadah (masyarakat religius), para orang tua di sana lebih menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang pandai belajar ilmu agama dibanding bersekolah di sekolah formal, dengan acuan pesantren menjadi pendidikan utama bagi anak muda di kabupaten pemalang, nilai-nilai hidupnya berada dalam aspek kesederhanan yang lebih mengutamakan ahlakul karimah (ahlak yang baik), solidaritas yang terjaga adalah semangat gotong royong, selalu menjaga etika lawan bicaranya, sehingga kesantunanya terjaga ketika berhadapan dengan orang di usia di atasnya (orang tua/sepuh), masyarakat pemalang adalah masyarakat yang tidak mengenal sistem kelas atau faham primodialisme, karena rata-rata perekonomian warganya itu setara, yaitu kelas ekonomi menengah kebawah, ini membuat terciptanya ruang kebersamaan atas latar belakang kehidupan yang sama.

Pendidikan bagi masyarakat pemalang bukanlah menjadi prioritas utama, perekonomian terbatas, maupun sikap apatis orang tua dalam memahami arti pendidikan untuk anak-anaknya menjadi salah satu penyebabnya, faktor lain adalah terbatasnya penyediaan sekolah di desa-desa di kabupaten pemalang yang sangat sedikit dan hanya terpusat di kota pemalang, dengan jarak yang jauh menjadikan hambatan untuk orang tua dalam menyekolahkan anaknya, kondisi ini menyebabkan para pemuda yang lebih memilih menempuh pendidikan agama (pesantren) dengan biyaya terjangkau maupun pergi berladang, para gadis yang harus menikah di usia yang sangat muda (16,17-20.th), hal ini memang menjadikan suatu pengkondisian yang tidak relevan untuk menyentuh kemakmuran dan kesejahteraan hidup, namun meski warganya hidup dengan perekonomian menengah kebawah berada di garis kemiskinan, karena rata-rata  para warganya berpendidikan rendah (SD-SMP), namum harmonisasi terbangun sangat erat di kehidupan masyarakat kabupaten pemalang,

Sama rasa menjadi acuan dalam semangat gotong royong, karena sistem yang terbangun bukanlah persaingan hidup namun lebih ke arah persaudaraan, eksistensi manusia tidak harus di maknai dengan seperangkat materi yang di miliki, karena masyarakat pemalang tidak pernah mendiskreditkan prihal materi, tetapi masyarakat di pemalang lebih menekankan cara manusia itu hidup dalam berbuat kebaikan terhadap sesamanya itu lebih menjadi nilai utama, namun perkembangan dunia menjadikan perubahan nilai terjadi, di dalam gerak perubahan sosial di dalam arah globalisasi, semua hal berkembang dan berubah, hal ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat di tolak keberadaanya, banyak hal berubah dari desa di mana aryo terlahir, proses perubahan pertanian ke dalam proses industrilisasi menjadikan masyarakat bermigrasi ke kota dalam menghasilkan uang, masuknya berbagai macam teknologi, hampir masyarakat di kabupaten pemalang memiliki tv, sepeda motor sendiri dalam satu keluarga, lalu telvon yang memudahkan berkomunikasi dengan jarak yang sangat jauh, dan berkembang lagi kedalam sistem android yang menampilkan berbagai aplikasi untuk memanjakan penggunaya, di mana penguna internet kini semakin ramai.

Globalisasi adalah nilai universial, karena hampir semua negara di bumi ini mengalami gejolak ini, hal ini sangatlah kontradiksi ketika globalisasi masuk di dalam wilayah di mana warga masyarakatnya tidak memiliki seperangkat pengetahuan yang memadai untuk dapat memahami nilai-nilai globalisasi melaui masuknya berbagai macam teknologi, pasar bebas, dan budaya luar, keadaan ini sangatlah berbahaya, karena eksploitasi akan tumbuh subur di dalamnya, melalui ruang hegemoni (penjajahan secara halus, sehingga tidak lagi di rasa sebagai kaum terjajah),  masyarakat hanya akan di jadikan komoditas bagi keuntungan dari pihak-pihak tertentu, masyarakat, terutama masyarakat di desa seolah terbius dengan berbagai macam alat teknologi buah dari globalisasi, tanpa mampu berfikir tentang mencipta dan berinovasi,

Globalisasi menghasilkan berbagai macam varian proses industrilisasi sehingga melahirkan berbagai macam produk-produk untuk kebutuhan manusia, idustrilisasi menciptakan pekerja dalam setatus berbagai macam pengkelompokan setatus kerja, pengelompokan ini di bagi melalui ketentuan taraf pendidikan seseorang, hanya seorang individu yang mampu memiliki etos pengetahuan  memadai berada di dalam pekerjaan layak (bayaran tinggi dengan keefektifan cara kerjanya), dengan asumsi pendidikan layak adalah salah satu aspek terpenting dalam sistem kerja, sementara bagi mereka yang tidak berpendidikan berada di dalam tataran terendah dengan kondisi kerja yang memprihatinkan, hal ini menyebabkan ketimpangan, karena bagi mereka yang tidak berpendidikan memiliki gaji rendah dengan situasi kerja yang menyedihkan, karena tanpa jaminan kesehatan dan perlindungan kerja , dan dampak terburuknya  ketika para pekerja rendahan hanya di jadikan tujuan di luar dirinya sendiri atas nama keuntungan.

Globalisasi mengenalkan berbagai macam kebudayaan,tradisi, bahasa di dalam gerak dunia, teknologi menciptakan dunia virtual, jaringan internet adalah tempat di mana mempermudah manusia menemukan akses terhadap berbagai macam budaya dunia, melalui film, music, life style, melalui pasar bebas kita dapat menemukan berbagai macam produk-produk dari belahan dunia manapun, kegagapan di dapat ketika suatu masyarakat harus berhadapan dengan suatu hal baru tanpa sikap kritis di dalam pengetahuan yang di dapatkanya, hal ini menghasilkan  dua arah pola kehidupan kontras di dalam masyarakat, pertama, masyarakat akan kehilangan nilai-nilai identitas diri, masuknya berbagai tipe kebudayaan melalui gaya hidup, teknologi, music, barang-barang impor, menjadikan masyarakat terbius akan manifesti segala nilai-nilai luar yang menjadi sebuah pola hidup baru meningalkan pola hidup lama, dampak dari ini masyarakat akan kehilangan identitas diri, sehingga meruntuhkan nilai-nilai kearifan lokal, budaya serta tradisi, kondisi ini adalah cipta dari sebuah hegemoni yang mengininkan dunia bergerak di dalam suatu tatanan nilai yang menguntukan bagi keberadaan negara adidaya.

Yang kedua, masyarakat akan hidup dengan semangat konservatisme, yaitu mempertahankan tradisi, nilai-nilai dengan sikap fanatik, tanpa keterbukaan dan bersikap sangat tertutup, pada dasarnya sikap ini mayoritas di miliki oleh mereka yang berusia lanjut (orang tua), maupun mereka yang memiliki pengetahuan agama secara mendalam, masyarakat konservatisme adalah masyarakat yang menolak semua hal yang berbau modernisme, dengan asumsi kemajuan peradaban melalui globalisasi hanya akan mendatangkan kemudharatan (hal yang merugikan), sehingga membuat pola hidupnya selalu berbenturan terhadap proses kemajuan peradaban, konservatisme memang mempertahankan identitas diri, serta tetap menjaga keaslian nilai-nilai kearifan lokal, tetapi berpijak terhadap nilai konservatisme adalah sangat tidak relevan karena kita hanya mampu melihat dunia di dalam lubang yang sempit, sehingga kita tak memiliki arah untuk menciptakan kemajuan hidup di dalam roda perputaran peradaban.

Dalam hal ini kita hanya membutuhkan sikap ''sosial moderat '' dalam menyikapi gerak perubahan dunia melalui ruang globalisasi, moderat adalah sikap yang tetap memegang teguh setiap nilai-niai budaya, tetap menjaga tradisi kearifan lokal, dengan berintegritas (sungguh-sungguh berpegang teguh kepada prinsip), namun di satu sisi tetap memiliki keterbukaan terhadap arus globalisasi, ''moderat sosial'' adalah sikap seorang pembelajar yang mengenal arti kemajemukan, ''moderat sosial'' mengajarkan kita untuk belajar terhadap segala nilai yang terkadung di dalam proses globalisasi untuk tujuan kesejahteraan hidup, tanpa harus kehilangan identitas diri, ''moderat sosial'' mengajarkan kita untuk bersikap terbuka terhadap kemajemukan, sehingga mampu menempatkan azas kemanusiaan terhadap perbedaan, tanpa harus terkontaminasi segala nilai-nilai dari luar yang akan mempengaruhi identitas diri.

Situasi yang terjadi bagi kehidupan masyarakat pemalang, terutama di dalam desa di mana aryo tinggal adalah situasi yang hanya mendatangkan eksploitasi melalui ruang hegemoni, tanpa pendidikan tak akan ada perubahan, berpengetahuan agama tanpa di imbangi dengan ilmu pengetahuan umun hanya melahirkan manusia-manusia konservatis, yang memiliki pandangan sangat sempit, nilai-nilai kehidupan, maupun setiap tradisi yang hanya mendatangkan kemunduran dalam pencapaian hidup tidak perlu di pertahankan, melainkan merubah seluruh paradigma nilai itu sendiri, etika orang jawa (keramahan, sopan santun, hormat pada yang tua, gotong royong) perlu di pertahankan, tetapi tidak cukup hanya berbudi pekerti luhur tetapi harus bodoh dan bebal, pendidikan haruslah menjadi tujuan bagi masyarakat desa, pendidikan melahikan nalar rasional yang mampu bersikap kritis yang siap melahirkan berbagai macam perubahan, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun