Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARYO dan Hidupnya (Catatan Hidup Sang Penulis)

6 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan peradaban dunia melahirkan sistem kompetitif yang membuat setiap negara bersaing dalam mencapai kemajuan hidup yang mendatangkan kesejahteraan bersama, masyarakat miskin, bodoh, bebal hanya menjadi komoditas, serta ruang ekploitasi untuk  memberi keuntungan bagi keberadaan pihak lain, baik penguasa, pemilik modal, maupun negara lain, dengan pendidikan layak yang di dapat secara merata menjangkau wilayah pelosok desa-desa, akan mampu mengoyang tatanan yang menindas, sehingga gerak dominasi hirarki akan mampu runtuh dengan sendirinya, pendidikan melahirkan manusia-manusia waras dengan bersikap rasional, kritis serta terbuka terhadap perkembangan dunia, hal ini melenyapkan konservatisme namum mewujudkan sikap ''sosial moderat'', yaitu tetap berpegang teguh terhadap kebudayaan, tradisi nilai-nilai kearifan lokal, namun di satu sisi memiliki keterbukaan terhadap proses globalisasi untuk menciptakan kesejahteraan hidup bersama.

                                      ********************************************************************

Hari-hari kehidupan aryo di pemalang di lalui dengan bermalas-malasan di rumah, aryo bersikap sangat tertutup dan jarang sekali bergaul karena memang keadaan desa yang sangat sepi,di satu sisi aryo masih merasakan kekecewaan yang mendalam, hal ini  selalu membuatnya mengurung diri di dalam rumah, hampir menginjak dua bulan, aktivitas aryo hanya di lakukan bermalas-malasan (makan dan tidur), namun suatu hari aryo merasa sangat putus asa dengan keadaanya, dan berfikir kembali ke jakarta mengikuti keinginan ibunya untuk bekerja, rencana ini bersamaan dengan sepupu aryo yang berkeinginan bekerja di jakarta, namanya ''yasin'' dia adalah anak dari kakak ibu aryo, yasin adalah anak dengan kepribadian labil, pendidikanya hanya sampai kelas 5 SD, seringnya marah-marah tanpa suatu alasan yang  jelas, ketika berdialog tidak pernah nyambung, hal ini membuat aryo selalu bersabar dalam menghadapi sikapnya, dengan meminjam uang utuk perjalanan ke jakarta, berangkatlah aryo dengan sepupunya (yasin),

Sesampainya di jakarta aryo bertemu lagi dengan ibunya, dan melihat kabar baik ayah tirinya yang sudah terbebas di penjara, dengan kondisi keadaan tubuh sangat kurus, dalam hati aryo mengalami keadaan dilematis berfikir tentang pekerjaan yang di gelutinya kelak, tanpa ijasah dan keahlian khusus, aryo merasa bahwa dirinya hanya mampu berada di tempat pekerja rendahan (bayaran rendah dengan kondisi kerja yang memprihatinkan), ini sesuatu hal yang tidak di inginkanya, tetapi tetap saja aryo tidak dapat menolak situasi yang di hadapinya, terdengar kabar ibu aryo berhasil mendapatkan pekerjaan untuk aryo dan sepupunya, yaitu di salah satu industri konpeksi rumahan, dengan syarat aryo harus menetap tinggal di dalam pekerjaannya, aryo menuruti keinginan ibunya, aryo bekerja pada orang  beretnis tionghoa, etnik tionghoa yang memperkerjakan aryo memiliki rumah yang sangat luas dengan ukuran tiga lantai, terlihat mobil mewah terdapat di garasi depan rumahnya, lalu dalamnya terdapat mesin-mesin bordil yang menguasai dua ruangan di lantai dasar, sementara lantai kedua terdapat mesin-mesin rajut yang memproduksi kerah wangki untuk pakaian pria, sementara lantai tiga adalah ruangan pribadi pemilik rumah.

 Aryo di pekerjakan di dalam bagian mesin rajut yang memproduksi kerah-kerah wangki untuk pakaian pria, dengan sistem  kerja di bagi di dalam dua shift,shift pertama pada jam 07.00 pagi sampai puluk 18.00 sore, sementara shift kedua pada pukul 18.00 sore smpai jam 07.00 pagi, selama waktu satu mingu aryo bergantian berbagi shift dengan temannya yang lain, aryo mendapat upah gaji dengan sistem bulanan, sebesar 250.ribu, dengan jatah uang makan satu minggu sekali sebanyak 150.ribu, di dalam pekerjaan tugas aryo hanya melepaskan benang-benang yang mengikat kerah-kerah wangki yang sudah jadi, setelah itu melipat kerah-kerah yang sudah di putus benangnya dan selanjutnya melakukan pengepakan, ini tidak terlihat spele, di dalam proses pembuatan kerah wangki di dalam mesin rajut terdapat ratusan kerah wangki yang sudah jadi, proses selanjutnya adalah pelepasan setiap benang-benang yang mengikat kerah wangki yang sudah jadi, jika di lakukan satu-persatu memang terlihat mudah, 

Tetapi di dalam pekerjaan ini di butuhkan keefektifan dalam melepas benang yang menyambung di dalam kerah wangki, terdapat setidaknya sepuluh mesin yang terus berjalan menghasilkan kerah-kerah wangki, jika pelepasan di lakukan satu-persatu hanya akan memperlambat hasil dan tentunya cara ini sangat tidak efektif, maka itu aryo di haruskan melepaskan benang-benang yang mengikat kerah wangki secara bersamaan dengan cara menumpuk kerah wangki di dalam satu tumpukan, cara ini tentu tidaklah mudah,karena di butuhkan tenaga ekstra untuk melepas benang sekaligus secara bertumpuk, dan hal ini sering membuat tangan aryo terasa sakit, tidak sedikit luka goresan yang di dapatinya terutama bagian jari kelingking, hal tersulit lainnya adalah ketika aryo harus kerja di saat shift malam, harus selalu aktif bergerak di saat kantuk dan lapar mendatangi dirinya.

Di dalam lingkungan aryo tinggal, etnik tionghoa di sebut dengan ''orang china'', karena meskipun mereka lahir dan besar di indonesia namun stigma masyarakat luas tetap  berpersepsi orang-orang tionghoa itu berbeda dari masyarakat asli indonesia (pribumi), karena secara RAS terjadi perbedaan kontras antara orang-orang pribumi dan orang-orang tionghoa, kehidupan orang-orang tionghoa di sekitar lingkungan aryo tinggal amatlah mapan dengan hampir mayoritas hunian orang tionghoa berada di kompleks perumahan, memiliki kendaraan pribadi (mobil), serta pembantu rumah tangga, dan juga hampir rata-rata orang tionghoa membuka usaha konveksi, bordir, sablon, rajut, dengan acuan produksi tekstil menjadi nilai utama dalam bisnis orang-orang tionghoa, situasi seperti ini tidak hanya terjadi di dalam lingkungan aryo tinggal, namun mencakup seluruh wilayah yang ada di jakarta, hal ini memberi gambaran ketersisihan warga mayoritas (betawi, jawa maupun sunda) dalam bidang ekonomi, oleh minoritas etnik tionghoa.

Di dalam pola hubungan sosial, orang-orang tionghoa cenderung bersikap tertutup dan jarang sekali membaur dengan masyarakat mayoritas, yang pada umumnya di jakarta di dominasi oleh suku, betawi, jawa maupun sunda, beberapa hal sikap tertutup itu seperti;

- orang-orang tionghoa lebih banyak menghabiskan aktifitasnya di dalam rumah

-sangat sedikitnya partisipasi orang-orang tionghoa dalam kegiatan sosial seperti, kegiatan kerja bakti, musyawarah antar warga,atau pun penggalangan dana untuk sesuatu musibah

-orang-orang tionghoa lebih mementingkan bisnisnya di banding berempati terhadap lingkungan tempat tingalnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun