Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Semangat menulis dan Belajar Lebih Kuat dari Sekedar Tugas?

21 September 2025   15:02 Diperbarui: 21 September 2025   15:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Semangat Menulis dan Belajar Lebih Kuat dari Sekadar Tugas?

Oleh: A. Rusdiana

Perkuliahan semester Ganjil tahun akademik 2025/2026 telah dimulai sejak 1 September 2025 hingga 19 Desember 2025. Di jenjang S1, pertemuan sudah berjalan dua kali, sementara di S2 Pendidikan--khususnya mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Pendidikan--kuliah paralel harus dijalankan karena crossing jadwal dengan perkuliahan Metode Penelitian. Fenomena ini menunjukkan betapa sulitnya menyatukan visi mahasiswa untuk menulis esai dari materi kuliah, apalagi bila dosennya sendiri sering kurang bersemangat mengajar di jam-jam awal (jam ke-nol). Padahal, teori Job Demand--Job Resources menyebutkan bahwa keterlibatan kerja (work engagement) ditentukan oleh keseimbangan antara tuntutan (tugas, jadwal, target) dengan sumber daya (dukungan dosen, komunitas belajar). Wenger dengan konsep community of practice dan Vygotsky melalui social learning menekankan pentingnya interaksi sosial dalam belajar. Tanpa semangat kolektif, tugas menulis hanya dianggap beban, bukan sebagai ruang tumbuh intelektual.

Dalam konteks pendidikan tinggi, ada pepatah yang diambil dari QS. Al-Qashash ayat 26: "Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau ambil untuk bekerja adalah yang kuat dan terpercaya." Bila pekerjaan dipegang bukan oleh ahlinya, maka kehancuran akan menanti (HR. Bukhari). Maka, semangat menulis dan belajar harus dipahami bukan sekadar formalitas tugas, melainkan sebagai kekuatan membangun budaya akademik yang berdaya tahan.

Albert Einstein, berpesan; "Jangan pernah menganggap belajar sebagai tugas, tetapi anggaplah sebagai kesempatan berharga untuk mempelajari sesuatu" (Albert Einstein)".

Tujuan tulisan ini adalah mengelaborasi lima pilar pembelajaran dari semangat menulis dan belajar, yang dapat menjadi bekal mahasiswa dan dosen dalam menghadapi dinamika kuliah semester ini. Berikut lima pilar pembelajaran dari semangat menulis:

Pertama: Konsistensi Melatih Disiplin Akademik; Menulis di pagi hari melatih mahasiswa mengatur ritme belajar. Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik amal adalah yang sedikit tetapi terus-menerus" (HR. Bukhari-Muslim). Dalam konteks kuliah, menulis ringkasan dari dua pertemuan awal menjadi langkah kecil yang berkelanjutan. Dosen pun bisa mencontohkan dengan menulis refleksi kuliah setiap pekan. Konsistensi inilah fondasi disiplin akademik.

Kedua: Menulis sebagai Praktik Refleksi; Esai kuliah di Kompasiana atau media daring lain dapat dianggap sebagai "magang intelektual." Mahasiswa tidak sekadar mengutip teori, tetapi belajar menyusun argumen dan merenungkan relevansinya dengan realitas. Wenger menyebutnya community of practice---ruang di mana praktik reflektif membentuk identitas profesional. Melalui menulis, mahasiswa menemukan jati diri intelektualnya.

Ketiga: Belajar sebagai Proses Sosial; Vygotsky menekankan bahwa belajar terjadi dalam interaksi sosial. Menulis di ruang publik, lalu menerima komentar dari dosen, teman, atau pembaca umum, menjadikan mahasiswa bagian dari ekosistem belajar sosial. Tugas menulis yang semula individual berubah menjadi praktik kolaboratif. Dari sini tumbuh semangat untuk memperbaiki karya berdasarkan masukan.

Keempat: Menulis esai melatih mahasiswa menyaring informasi di era banjir data. Semangat menulis berarti tidak asal menyalin, tetapi memeriksa validitas sumber, membandingkan teori, dan menyimpulkan dengan kritis. Dalam kerangka Job Resources, keterampilan literasi digital adalah modal penting agar mahasiswa tidak hanyut dalam plagiasi atau informasi dangkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun