Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peer Revew Daring vs Magang: Nulis di Kompasiana Lebih Kritis?

19 September 2025   18:20 Diperbarui: 19 September 2025   18:20 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Mhsantosa, tersedia di https://mhsantosa.id/2014/02/24/belajar-menjadi-peer-reviewer-bagian-dua  (dimpdifikasi dengan Kompasiana)

Peer Review Daring vs Magang? Nulis di Kompasiana Lebih Kritis?

Oleh: A. Rusdiana

Menyatukan visi mahasiswa agar mau menulis esai dari bahan kuliah memang bukan hal mudah. Perkuliahan semester ganjil 2025/2026 yang dimulai 1 September hingga 19 Desember sudah berlangsung dua kali pertemuan. Di kelas S1, kendala sering muncul karena jadwal paralel dengan kuliah S2, khususnya mata kuliah Metode Penelitian dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Akibatnya, mahasiswa sering kehilangan ritme, bahkan dosen pun kerap kewalahan. Di sinilah peer review daring hadir sebagai jalan tengah. Teori Job Demand-Resources menekankan bahwa keterlibatan kerja (work engagement) meningkat bila ada keseimbangan antara tuntutan (demand) dan dukungan (resources). Wenger menyebutnya community of practice, sementara Vygotsky menyebutnya social learning. Artinya, mahasiswa belajar lebih cepat ketika ada interaksi, komentar, dan masukan dari sesama sejawat.

Namun, ada gap besar: semangat menulis yang masih rendah. Tidak jarang mahasiswa menunda tugas, bahkan dosennya pun terkadang lebih parah. Frasa populer "mind match tugas" justru sering diplesetkan menjadi "mind clash tugas". Maka, perlu dorongan yang lebih nyata: menulis harian di platform publik populer seperti Kompasiana, dengan peer review sebagai bagian tak terpisahkan.

Tujuan tulisan ini adalah mengelaborasi lima pilar peer review daring dalam mengasah kritis mahasiswa, sekaligus menjelaskan kenapa menulis di Kompasiana (apalagi dengan editor) bisa dianggap sebagai magang akademik. Berikut lima pilar peer review daring dalam mengasah kritis mahasiswa:

Pilar Pertama: Publikasi Populer Sebagai Tugas Harian; Tugas harian menulis esai tidak boleh lagi sekadar "upload di LMS" yang jarang dibaca. Mahasiswa harus dipacu menulis di Kompasiana atau portal edukatif lain. Dengan demikian, setiap tulisan menjadi real contribution, bukan hanya tugas. Jika ada editor yang memberi masukan, maka itu sudah setara dengan pengalaman magang literasi.

Pilar Kedua: Peer Review Daring untuk Mengasah Kritis; Platform digital kampus perlu menyediakan forum peer review. Mahasiswa saling memberi komentar dan masukan secara real-time, baik sebelum atau sesudah publikasi. Hal ini melatih literasi kritis sekaligus empati akademik, karena mahasiswa belajar menghargai karya temannya.

Pilar Ketiga: Empati Akademik sebagai Landasan; Peer review bukan sekadar mengoreksi kesalahan, melainkan belajar memahami konteks dan sudut pandang penulis lain. Proses ini menumbuhkan rasa memiliki terhadap komunitas belajar. Wenger menegaskan bahwa community of practice tumbuh dari interaksi yang saling memberi makna.

Sumber: Kompasiana, tersedia di https://www.kompasiana.com/ahmad58914/dashboard/write
Sumber: Kompasiana, tersedia di https://www.kompasiana.com/ahmad58914/dashboard/write

Pilar Keempat: Magang Literasi melalui Publikasi; Ketika mahasiswa menulis di media populer, lalu tulisannya diedit, dipublikasikan, dan mendapat tanggapan pembaca, maka itu adalah pengalaman nyata. Sama seperti magang di perusahaan media, hanya saja lingkupnya lebih fleksibel. Kampus sebaiknya mengakui aktivitas ini sebagai bagian dari internship experience.

Pilar Kelima: Integrasi ke dalam Ekosistem Digital Kampus; Peer review daring dan publikasi populer perlu menjadi bagian dari infrastruktur digital kampus. Tidak hanya sebagai fitur tambahan, tetapi masuk dalam kurikulum formal. Dengan begitu, tugas menulis esai tidak lagi menjadi beban, melainkan sarana membangun portofolio akademik.

Peer review daring mampu melatih literasi kritis, memperkuat empati akademik, dan membentuk kebiasaan menulis yang konsisten. Jika diintegrasikan dengan publikasi harian di Kompasiana, maka mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga merasakan praktik nyata menulis seperti seorang jurnalis atau peneliti muda. Bagi pemangku kepentingan pendidikan, ada tiga rekomendasi: 1) Kampus: Integrasikan publikasi populer dalam kurikulum sebagai tugas wajib; 2) Dosen: Gunakan peer review daring untuk mengontrol kualitas dan menumbuhkan diskusi; 3) Mahasiswa: Jadikan menulis di Kompasiana sebagai investasi portofolio akademik sekaligus simulasi magang.

Menulis di Kompasiana dengan dukungan peer review daring bukan sekadar tugas, tetapi sebuah proses membangun literasi kritis dan kesiapan profesional. Jika setiap esai mahasiswa diakui sebagai mini internship experience, maka kampus telah berhasil mengintegrasikan teknologi, publikasi, dan pembelajaran ke dalam ekosistem digital yang berdaya saing. Wallahu A'lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun