Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang dr. Mutadi, Arsitek Spiritual dan Penggerak Pendidikan Muhammadyah

10 Oktober 2025   20:03 Diperbarui: 10 Oktober 2025   20:03 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persahabatan mereka seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan---saling melengkapi dalam perjuangan membangun amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan tinggi.

Seperti ditulis dalam buku Jejak Langkah Perjalanan UM Surabaya dari Masa ke Masa (2020), Ketika wacana penyatuan berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah di Surabaya mulai bergulir, keduanya termasuk di barisan depan. Ada Fakultas Ilmu Agama Jurusan Dakwah (FIAD) yang berdiri sejak 1964, Fakultas Tarbiyah Surabaya (1975), IKIP Muhammadiyah Surabaya (1980), Fakultas Syariah Surabaya (1982), hingga Institut Teknologi Muhammadiyah Surabaya (1983). Semua lembaga itu kemudian berproses hingga lahirlah Universitas Muhammadiyah Surabaya pada tahun 1984---buah dari kerja keras, silaturahmi, dan tekad para perintisnya.

Sebagai dokter yang bekerja di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Surabaya, Mutadi memiliki karier yang stabil. Namun, semangatnya untuk berkhidmat di Muhammadiyah begitu besar. Dia mulai aktif di ranting Dinoyo, menghadiri pengajian, dan ikut menggerakkan kegiatan sosial.

Ketika keinginannya untuk bertugas di amal usaha kesehatan Muhammadiyah mendapat persetujuan dari Departemen Kesehatan, ada syarat berat yang harus diterima: negara tidak lagi menanggung gajinya. Artinya, ia harus hidup dari honor Muhammadiyah yang saat itu tentu tidak seberapa.

Lebih dari itu, rezim Orde Baru saat itu melarang PNS aktif di organisasi masyarakat, termasuk organisasi keagamaan. Mutadi dihadapkan pada pilihan sulit: tetap sebagai PNS dengan jaminan karier atau total mengabdi di Muhammadiyah dengan segala risikonya.

Keputusan itu bukan sekadar keberanian, tapi juga bentuk cinta dan keyakinan terhadap perjuangan Muhammadiyah. Ia melepas atribut negara demi sepenuhnya menjadi pelayan umat.

Awalnya, kegiatan akademik UM Surabaya tersebar di beberapa lokasi. Perkuliahan dilakukan di berbagai tempat, termasuk Unair dan Poltekkes. Namun, tekad Mutadi untuk menyatukan semua aktivitas ke satu kampus terpadu tak pernah surut.

Sekitar tahun 1995--1996, seluruh fakultas resmi pindah ke kampus baru di Jalan Sutorejo. Saat itu, kondisi masih jauh dari ideal. Akses transportasi sulit; dari kawasan Pucang ke Sutorejo harus naik angkot dua kali dan berjalan kaki cukup jauh.

Namun, keterbatasan itu justru melahirkan semangat luar biasa. Dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa bahu-membahu membangun kampus baru. Gotong royong dan rasa memiliki (sense of belonging) menjadi energi yang menyatukan semuanya. Gedung demi gedung berdiri, sarana dan prasarana ditata, hingga wajah kampus berubah menjadi lebih representatif. Mahasiswa pun berdatangan dari berbagai daerah---dari Jawa, Madura, hingga luar pulau.

Dalam kepemimpinannya, Mutadi percaya bahwa kekuatan sebuah institusi bukan hanya pada bangunan fisiknya, tapi juga pada kekuatan hubungan antar manusianya. Ia menggagas kegiatan sederhana tapi bermakna: "arisan sivitas akademika."

Arisan ini bukan tentang uang, melainkan tentang silaturahmi dan kebersamaan. Setiap pertemuan menjadi ruang untuk berbagi kabar, bertukar ide, dan memperkuat ikatan emosional antar dosen dan staf. Dari forum-forum kecil semacam itulah muncul gagasan besar tentang strategi pembangunan kampus, perekrutan dosen berkualitas, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun