Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Gang Trengguli

20 November 2019   14:23 Diperbarui: 22 November 2019   08:31 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Foto: KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

"Jantung saya jadi gemetar, Mas," sergah Kirno seraya merapatkan kedua tangannya.

"Sudah kita berdoa saja. Wong kita ini sudah sepuh. Kapan saja bisa mati. Yang penting kalau mati husnul khotimah!

Obrolan mereka terhenti setelah iqamah berkumandang. Mereka mempercepat jalan. Tiba musala, usai melepas sandal, mereka medekati shaf kedua. 

***

Lantunan ayat-ayat suci Alquran terdengar dari rumah samping musala. Suaranya terdengar merdu. Harakat dan lafadznya berasa bernas. Itu suara Irawan. Teman-teman seperjuangannya memanggilnya Abu Fida. Di kampung itu ia tak banyak bergaul. Pendiam. Kalau pun terpaksa menghadiri hajatan tetangga, dia lebih banyak jadi pendengar.

Saban pagi, Irawan selalu manafakuri nikmat yang diterima dengan mengaji. Perjumpaan dengan Sang Khalik serasa dekat saat bibirnya basah dengan zikir. Kegalauan hatinya diredam dengan memenuhi panggilan ilahi, menunaikan salat lima waktu.

Irawan menebar jaring rizki dengan usaha kecil yang dibangunnya bersama istrinya. Tiap hari, ia menyiapkan botol-botol kosong yang disimpan di rak. Botol-botol itu diisi susu kedelai setelah dicuci bersih. Barang-barang dagangannya itu dikirim ke pelanggannya. Sebagian dijual eceran di rumah oleh istrinya.

Irawan dulu hidup cukup mapan. Dia bekerja di Kantor Pelayanan Pajak. Gajinya lumayan tinggi. Paling tidak, kebutuhan periuk nasinya tak pernah kekurangan. Namun, statusnya sebagai pegawai negeri sipil harus ia tanggalkan. Gara-garanya ia tak bisa bergumul dengan barang subhat, kepalsuan dan tipu daya.

Irawan pernah membongkar kasus penggelapan pajak. Urusannya melibatkan enam perusahaan besar. Temuan itu sempat dilansir besar-besaran di media massa, meski kemudian hilang tanpa jejak. Pada ujungnya, Irawan dipanggil pimpinannya.

Sang pimpinan memuji, menyanjung-nyanjung. Irawan diberi hadiah yang dibungkus amplop cokelat. Ini hasil jerih payahmu mengungkap keboborokan perusahaan itu. Perusahaan itu memang brengsek, begitu cetus sang pimpinan.

Hati kecil Irawan berbunga-bunga. Seperti mencecap anggur. Tak sia-sia jerih payahnya dihargai sang pimpinan. Kepenatan selama mengumpulkan data dan informasi tentang kebobrokan perusahaan--yang salah satunya dibekingi taipan asal China itu, sirna tak berbekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun