Sebuah kontradiksi abadi, hukum semesta yang tak tertuliskan.
Aku berjalan dalam kabut, merayakan kematian kecil setiap waktu,
Aku hidup dalam matiku, karena jiwaku telah kau panggil pulang.
Inilah hukum semesta yang tak tertulis, tak bisa dibantah,
Sebab begitulah cinta, bukan garis lurus yang mudah ditebak.
Ia adalah badai yang melahirkan pelangi, sebuah simfoni rumit,
Sebuah paradoks yang indah, pedang bermata dua yang tajam.
Satu sisi menyayat hingga luka, sisi lain membebaskan jiwa yang terikat.
Ia adalah lagu yang hanya dimengerti oleh hati yang rela binasa.
Cinta ini adalah Lagu yang hanya bisa dipahami oleh pendengar yang sunyi,
Melodi yang hanya bisa dilihat oleh mata jiwa yang terpejam.