Aku ingin berbicara pada hujan,
tapi lidahku terlalu kaku untuk meniru ritmenya,
rintik yang jatuh tanpa ragu,
seperti kata-kata yang tak pernah sampai.
Sebab itu aku hanya diam,
membiarkan setiap tetes memercik pada bebatuan,
mengikis jejak yang bahkan aku lupa
pernah ada di sana.
Hujan bukan sekadar air, ia adalah memori yang mengalir,
membasuh jendela-jendela yang buram di mataku,