Mohon tunggu...
Afan Bachtiar
Afan Bachtiar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penulis biasa yang menyukai semua konten tulisan. Hobi membaca cerita bergambar yang memiliki jalan cerita yang unik dan menarik. Ingin berkarya melalui tulisan. Sudah terbiasa menulis sejak kecil, tapi besarnya nyasar ke jurusan lain. Ujung-ujungnya tetap melakoni dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kok Kamu Kerja Terus?

22 November 2021   11:31 Diperbarui: 24 November 2021   12:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mas! Kamu kok nggak kerja-kerja sih? Mamah udah ngomel tuh kerjaan kamu di rumah terus nggak ngapa-ngapain!"

"Sabar sayang, ini kan Mas juga lagi ngelamar kerja terus. Emangnya salah Mas apa sih kalo di rumah terus? Kan lagi nggak ada kerjaan. Ini aja sebulan lebih nggak ada yang pakai jasa foto. Sabar ya."

"Ya tapi kan..."

"Sudah sana berangkat, nanti kamu telat."

Hari jadi pernikahan ke-lima kita diawali dengan diskusi itu. Aku sebagai laki-laki hanya menjadi pekerja lepas. Sedangkan perempuan yang aku janjikan hidup mewah ini memiliki penghasilan kerja yang melebihi aku. Sebagai laki-laki aku malu, karena seakan-akan janji yang pernah aku berikan ini hanya sebatas janji manis saja. Tapi apa yang terjadi sudah terjadi, tujuanku tetap sama ingin membahagiakan keluargaku kelak.

***

"Mas! Kamu kok kerja terus sih? Kapan liburnya? Nggak enak sama Mamah karena udah ngajakin liburan tapi kamu sibuk kerja mulu. Nggak kasian juga kamu Mas sama anak kita, kepengen main sama ayah-nya. Luangin waktu dong Mas!

"Sabar Sayang. Ini aku lagi nyari waktu cuti yang pas ya. Kan ini juga kerja demi kamu. Kamu paham kan? Makasih ya udah mau ngertiin Mas."

Mas mencium keningku, lalu menaiki mobil kesayangannya. Dalam hati pun aku bertanya-tanya, apakah Mas ingat kalau hari ini merupakan hari jadi pernikahan kita yang ke-sepuluh. Aku harap Mas ingat hari ini. Jika tidak, aku akan membuat kamar tidur kita sebagai medan perang.

***

Rasanya aneh, hari ini Mas tidak sama sekali menghubungiku. Biasanya Mas selalu menghubungiku jika ada waktu jeda. Bahkan jika tidak sempat menghubungiku di waktu jeda, ia akan tetap memberikan pesan bahwa ia sedang sibuk di jam istirahatnya. Tapi kenapa Mas tidak sama sekali menghubungiku hingga jam istirahatnya lewat. Ya sudah, aku juga tidak peduli. Biarkan saja apa maunya. Nanti aku akan ceramahi Mas semalaman. Kalau aku sudah seperti itu, Mas pasti takut.

Tiba-tiba Hp-ku bergetar. Teman-temanku mengirimkan pesan untuk berkumpul di rumahnya agar anak-anak kita bisa bermain bersama. Aku jawab bahwa aku akan segera kesana. Setelah itu aku memberitahukan anakku yang masih berumur 4 tahun bahwa kita akan bertemu dengan teman-temanku dan teman-temannya juga. Iya sangat senang, bahkan langsung mengganti pakaiannya sendiri tanpa disuruh. Aku pun merasa bahagia melihat tingkahnya dan sejenak melupakan apa yang sedang terjadi dengan aku dan Mas di pagi ini. Sembari melakukan persiapan, aku pun sudah memesan taksi online. Hp-ku kembali bergetar yang menandakan bahwa taksi online sudah datang. Aku dan anakku langsung saja naik taksi online.

"Kayaknya Mas selingkuh deh?"

"Buset, kau ini tiba-tiba ngasih bom aja di obrolan kita. Gimana-gimana ulangin apa yang kau bilang?" Ucap Hani

"Iya mungkin Mas bisa aja lagi selingkuh, masa dia lupa hari ini. Ini kan hari jadi kita ke-sepuluh. Kayaknya dia paling inget ulang tahun anak kita deh. Selalu ngucapin sama ngajak jalan-jalan Raka."

"Hei, kamu tuh harusnya bersyukur kalau suami kamu masih inget ulang tahun anak kalian. Boro-boro suami aku..." Ucap Rea

"Mulai deh kalian, nggak usah banding-bandingan dulu Re. Ini juga Lasmi tiba-tiba bilang suaminya selingkuh, padahal kan bisa aja suami kau itu sedang sibuk dengan pekerjaannya."

"Huh, kenapa sih Mas malah lupa sama tanggal nikahannya sendiri!" Teriaku agak kencang, namun aku tahan sebisa mungkin agar tidak terlalu kencang.

"Ya mendingan kau coba obrolin lagi deh sama suami kau." Saran Hani

"Iya iya Han. Eh tapi maaf ya Re, jadi bikin kamu ikutan pusing. Tapi kalau suami kamu cuek, coba pakai ini deh!" Aku memperlihatkan sebuah toko online yang menjual lingerie.

"Eh buset, kamu ini lagi marahan sama si Mas tapi masih bisa ngasih ide gokil ya!" Ucap Rea sambil mengintip Hp-ku

"Iya , soalnya Raka bisa jadi gara-gara pakai ginian. Hahaha!" Aku tidak bisa menahan lagi suara tertawaku.

"Duh, pusing deh ngobrol sama kalian. Apa nama tokonya, aku mau ngecek sendiri aja." Jawab Hani

Akhirnya curhatanku malah berbalik ke omongan ranjang. Aku tidak merasakan rasa kesal lagi karena teman-temanku benar-benar memberikan dukungan yang terbaik jika sedang seperti ini. Hingga sore menjelang petang mulai menghampiri kita, aku akhirnya mengajak Raka pulang setelah bangun tidur. Raka sepertinya masih ingin bermain karena dia agak rewel saat aku ajak pulang. Namun saat aku janjikan akan kesini lagi nanti, ia menurutinya. Raka memang pintar. 

Akhirnya Mas juga menghubungiku dan bilang jika ia sibuk sekali. Mas juga bilang kalau mungkin pulangnya agak malam. Karena tahu seperti itu, akhirnya aku mampir ke Rumah Mamah.

***

"Bos! Berarti hari ini saya bisa pulang cepat ya. Soalnya tugas yang saya sudah saya bereskan semua. Jadi aman nanti kalau saya lagi cuti"

"Oke deh, Have Fun ya! Salam buat Lasmi. Pakai cutinya yang bermanfaat biar nanti capai target lagi!

"Siap Bos. Saya pamit duluan."

Aku melihat teman-temanku masih harus berjuang capai target. Untung saja targetku cepat tercapai sehingga bisa dapat cuti. Saatnya bersenang-senang sebelum ketemu Lasmi.

***

"Assalamualaikum Oma!" Ucap Raka sembari mencium tangan Mamah. 

Mamah terlihat senang ketika Raka mengucapkan salam. Setelah salim, Raka langsung digendong Mamah dan diajak ke dapur untuk makan snack kesukaan Raka. Raka tahu itu makanya dia selalu bersikap manis saat berkunjung ke rumah Mamah. Aku mengakui kalau itu memang anakku dan anaknya Mas. Karena sikap itu mirip seperti Mas saat mendekati Mamah sebelum kita menikah. Mengingat Mas, aku menjadi sebal lagi. Kenapa Mas lupa sama hari jadi nikah kita.

"Kamu kenapa sih Mi? Muka cemberut terus. Nanti kalau Raka tahu Bunda-nya cemberut, Raka ikutan sedih" Ucap Mamah. Aku menghela nafas dan mencoba mengatur ekspersi wajahku. Aku ceritakan jika hari ini Mas lupa hari jadi nikah dan bukannya pulang cepat malah bilang kalau hari ini pulang agak malaman. Mamah menawarkanku untuk menginap saja namun aku menolaknya. Takut dicari sama Mas.

Seperti biasa, mulut dan pikiran terkadang tidak sinkron. Akhirnya aku merasa mengantuk dan semakin mengantuk ketika melihat Raka terlelap di kamarku. Aku jadi ikutan tidur-tiduran di samping Raka. Mencoba untuk tidak ikut memejamkan mata dan nyatanya aku sudah lupa apa yang terjadi selanjutnya.

***

"Bunda, Bangun! Raka kebelet pipis Bun!"

"Minta tolong Ayah saja ya nak." Aku menjawab permintaan Raka.

"Bunda, kan kita nggak sama Ayah." Raka menjawab perkataanku. Seketika aku terbangun setelah mendengar jawaban Raka. Aku membantunya ke kamar mandi. Aku rasa ini kebodohanku. Hanya karena Mas pulang telat, aku tidak bilang kalau sedang di rumah Mamah. Aku cek Hp-ku, ternyata sudah banyak missed call dari Mas. Aku telepon Mas beberapa kali, tapi nggak diangkat. Aku panik.

Aku lalu membereskan perlengkapan Raka. Lalu aku menemui Mamah dan mengatakan jika aku harus cepat pulang karena Mas nggak bisa dihubungi. Aku takut Mas marah. Karena melihatku panik, akhirnya Mamah ikut juga ke rumah biar aku nggak dimarahi Mas. Aku menyewa taksi online dan segera pulang ke rumah.

Saat itu pagi-pagi buta sekali, karena ternyata jalanan masih santai dan dingin. Hanya sesekali berpapasan dengan mobil dan motor. Aku melihat ke belakang, Raka masih tidur dengan membuat tas yang Mamah bawa menjadi bantal. Aku berpikir jika Mamah ikut menginap di rumah agar aku tidak dimarahi Mas langsung. Ternyata seorang Ibu akan tetap melindungi anaknya walaupun sudah menjadi istri orang.

***

Sampailah aku di Rumah. Aku kaget karena rumah masih dalam keadaan gelap. Lebih anehnya lagi, mobil Mas tidak ada di garasi. Aku hanya melihat tas kerja mas di ruang tamu. Aku cek kamar tidur, kasurnya masih rapi. 

Mas pergi kemana sih! Ucapku dalam hati

Aku kembali mengecek lemari, aku terkejut karena tas yang biasa digunakan untuk liburan tidak ada di tempatnya.

"Mah! Mas kabur Mah. Tas yang buat liburan hilang!" Aku menangis sejadi-jadinya. Mamahku menjelaskan sesuatu tapi aku tidak mendengarkannya dan tentu saja Mamah jadi bingung dan mencoba menghubungi Mas. Namun sepertinya apa yang dilakukan Mamah gagal. Aku memeluk Mamah. Aku mencoba untuk mencerna semuanya. Aku berfikir bagaimana ini cara menghidupi Raka. Sedangkan aku sendiri tidak bekerja lagi. Aku bahkan sudah memikirkan hal yang tidak-tidak.

***

Saat menangis, tiba-tiba suara mobil Mas terdengar di telingaku. Seketika aku loncat dari pelukan Mamah dan langsung berlari ke arah ruang tamu. Aku melihat muka Mas. Tanpa memberikan penjelasan aku langsung menampar muka Mas.

"Kamu tega ya Mas! Kamu Tega!"

Mamah yang tepat dibelakangku menarik tanganku. "Lho kok kamu tampar suami kamu sih?"

"Dia udah tega mah! Dia mau ninggalin aku sama Raka!" Ucapku teriak keras-keras yang aku pikir agar di dengar tetangga.

Lalu Mas menyalakan lampu ruang tamu. Aku duduk di sebelah Mamah sembari ditenangkan. Aku tidak menyadari jika Mas membawa plastik kresek yang isinya empat bungkus bubur ayam kesukaanku. Aku mulai berpikir sekali lagi. Dalam hati pun aku menyadari, kalau Mas kabur lalu mengapa ia membawa bubur ayam kesukaanku.

Dengan tenang mas menyodorkan bubur ayam untuk aku dan Mamah. Lalu dengan tenangnya ia memakan bubur ayam miliknya, Lalu setelah itu dia bertanya apa yang terjadi tadi.

"Kamu kenapa kok nampar muka Mas gini, mana depan Mamah lagi!" Ucap Mas.

"Mas tuh yang kenapa? Semalam kenapa nggak pulang, malah tas liburan kita nggak ada. Kamu mau kabur!"

"Lho ini ada apa sih Mi? Kok kabur? Kata Jaka tadi malam mau liburan? Ucap Mamah sambil menyendokkan bubur ayam ke mulutnya.

"Hah! Liburan dari mana Mah? Dia saja sibuk sampai lupa hari jadi nikahan kita! Ucapku berteriak.

"Iya kata Jaka tadi malam pas di rumah Mamah. Makanya Mamah bawa tas karena kita mau liburan kan?"

"Lho Mamah bawa tas kirain mau nginep disini karena aku takut sama Mas."

"Ya, kalau tahu kamu mau bertengkar sama Jaka juga Mamah nggak mau kali nginep di rumah kalian."

Mas yang diam saja mendengar obrolanku dengan Mamah akhirnya mulai membuka suara dengan tertawanya yang khas. Mendengar tawanya, aku yakin dia sekali lagi sedang mengerjaiku. Aku yang sudah terlanjur seperti orang gila ini akhirnya menyadari apa yang dilakukan oleh suamiku. Ia hanya tertawa dan menjelaskan apa yang terjadi. Dari penjelasannya, ia tadi malam menjemputku di rumah Mamah karena tidak bisa menghubungiku dan rumah juga kosong. Kemudian Mas bilang kalau besok mau pergi liburan jadi nanti sekalian Mamah bawa baju ganti untuk beberapa hari. 

Uniknya, karena tahu jika aku sedang emosi pasti tidak mendengarkan omongan orang ini dimanfaatkan oleh Mas. Mamah menghubungi Mas saat akan ke rumahku. Lalu Mas pergi dengan mobil dan mematikan semua lampu serta merapikan tempat tidur. Kata Mas juga agar terlihat seperti orang yang sedang kabur, maka Mas sudah meletakkan tas yang biasanya untuk liburan di mobil.

Mendengar penjelasan Mas, aku dan Mamah lebih bengong. Kok ada ya suami macam ini dikehidupanku. Mamah saja sampai memarahi Mas karena tidak diberitahu sejak awal jika ingin mengerjaiku. Untungnya hari itu tidak banyak lagi insiden. Untungnya lagi Raka terbangun setelah mendengar suara tertawa Mas. Akhirnya aku bersiap-siap untuk mandi dan Mamah membantu untuk memandikan Raka agar lebih cepat.

***

"Kok kamu bisa mas dapat cuti?"

"Bisa, kan kamu yang minta kan? Lagian aku pusing kamu minta liburan terus!"

"Oh gitu Mas! Jadi kamu pusing dengar aku minta liburan terus?"

"Enggak gitu, ini kan permintaan istri, jadi harus diturutin sama suami dong! Lagian aku kerja kamu protes, aku belum dapat kerja kamu protes. Harusnya kalau sudah dapat kerja ya suaminya selalu didukung gitu lho!" Mendengar pernyataan Mas menyadarkanku jika Aku ini seperti tidak menghargai suami. Mulai saat itu aku berfikir untuk bagaimana caranya agar bisa mendukung Mas.

"Maaf ya Mas. Maafin Lasmi Mas! Maaf selalu nuntut Mas. Lasmi bersyukur kok kalau Mas sudah dapat kerja." Aku terisak menangis sambil memeluk Mas.

"Udah ih, jangan nangis mulu, katanya mau liburan? Nanti abis dandan, coba cek lemari kamu ya!" Ucap Mas.

***

Selesai berdandan, aku membuka lemari seperti permintaan Mas. Ternyata di dalamnya ada 9 bingkisan yang berisikan permintaanku yang dulu pernah aku minta ke mas. Disana ada ucapan yang membuatku tidak menahan rasa bahagia ini. Ini baru tahun kesepuluh aku bersama dengan Mas. Tapi apa yang aku minta masih ia ingat. Aku merasa malu ketika kemarin sudah menuduhnya yang enggak-enggak. Mas selalu sayang sama aku, permintaanku yang belum dikabulkan saat di hari jadi yang sebelum-sebelumnya diwujudkan pada hari ini.

Aku benar-benar sayang sama kamu Mas!

Aku beruntung menjadi istrimu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun