Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Menyimak Getar Zaman, Menyulam Harapan

Ruang kontemplasi untuk membaca dinamika dunia dengan harapan dan semangat, merangkai ide dan solusi masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[FULL NOVEL] PENDHARAKA: Fantastic Four Nusantara - Bab 13

12 Juni 2025   16:33 Diperbarui: 20 Juni 2025   09:48 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Novel Superhero Indonesia: "PENDHARAKA: Fantastic Four Nusantara"

Bab 13: Diplomasi Berdarah

Sebelum lanjut, baca Prolog, Bab 1, Bab 2, Bab 3 , Bab 4, Bab 5, Bab 6, Bab 7, Bab 8, Bab 9, Bab 10, Bab 11, dan Bab 12.

Jika suka dengan cerita ini, jangan sungkan like dan comment, akan sangat berarti bagi tim penulis.

Beberapa minggu telah berlalu sejak pelarian mereka dari Gua Langit dan pengorbanan Nyai Ratna. Keempat Pendharaka hidup nomaden di kedalaman hutan Gunung Halimun, selalu bergerak, selalu waspada. Duka masih menyelimuti Angin, namun ia berusaha tegar, mewarisi sebagian dari ketabahan Nyai Ratna. Hubungan antara Tanah dan Api menghangat setelah pengakuan di bawah air terjun, sebuah percikan kelembutan di tengah kerasnya perjuangan. Tirta, bagaimanapun, semakin tenggelam dalam keheningan yang kelam. Kematian ibunya dan kehancuran Pelabuhan Ratu telah menggoreskan luka yang dalam, mengubah tatapan filosofisnya menjadi sesuatu yang lebih tajam, lebih berbahaya.

Suatu hari, ketika Angin sedang melakukan patroli udara di atas puncak-puncak pohon, ia melihat sesuatu yang tak biasa di sebuah desa kecil di kaki gunung, tak jauh dari jalur perdagangan yang sering dilalui VOC. Para serdadu Kompeni tampak berjaga-jaga dengan ketat di sekitar balai desa, namun tak ada aktivitas perdagangan atau keramaian yang lazim. Sebaliknya, desa itu terasa tegang, seperti menahan napas. Lebih jauh, ia melihat beberapa utusan VOC bergerak menuju utara, ke arah salah satu basis perlawanan rakyat yang masih tersisa, membawa panji putih tanda perundingan.

Kabar ini sampai ke telinga kelompok Pendharaka melalui jaringan mata-mata rakyat yang mulai terbentuk secara sporadis, terinspirasi oleh aksi-aksi kecil perlawanan mereka yang mulai terdengar gaungnya. Kapten Willem van der Kraan, si Jagal dari Batavia, menawarkan perundingan damai kepada sisa-sisa laskar pejuang Pasundan. Sebuah tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mengingat reputasi Willem yang haus darah.

"Perundingan palsu," desis Api segera, matanya menyipit curiga. "Willem tidak akan pernah menawarkan damai kecuali ada udang di balik batu."

"Kita harus mencari tahu apa rencananya," ujar Tanah, selalu berusaha berpikir rasional.

Tirta, yang sedari tadi diam, tiba-tiba angkat bicara, suaranya serak. "Desa di kaki gunung itu... Desa Ciharasas. Aku pernah singgah di sana. Penduduknya baik." Ada getaran aneh dalam suaranya.

Malam itu, didorong oleh firasat buruk Tirta dan informasi dari Angin, mereka memutuskan untuk menyelidiki Desa Ciharasas lebih dekat. Angin terbang tanpa suara di bawah naungan kegelapan, sementara Tirta, dengan kemampuannya merasakan aliran air dan getaran bumi, menyelinap melalui jalur sungai kecil yang membelah desa. Api dan Tanah menunggu di batas hutan, siap bertindak jika diperlukan.

Apa yang ditemukan Angin dan Tirta mengkonfirmasi kecurigaan terburuk mereka. Balai desa itu telah diubah menjadi penjara sementara. Di dalamnya, puluhan anak-anak dari Desa Ciharasas disandera, wajah mereka pucat pasi ketakutan, dijaga ketat oleh serdadu-serdadu VOC bersenjata lengkap. Willem menggunakan anak-anak itu sebagai jaminan agar para pejuang Pasundan datang ke meja perundingan palsunya, di mana ia telah menyiapkan penyergapan mematikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun