Hari dimana kau membuangku
seperti sebuah peralat yang telah selesai kau manfaatkan
berpaling wajah pada setumpuk luka sampah
kau mengais mereka dengan jenaka
aneh, tapi nyata
sebuah serapan yang tak nyata namun kau hadirkan ia
yang kemarin, dulu wujudnya pun tiada
kau mengais ngais mencari cari sisa ruangÂ
yang masih bisa kau rasuki
yang masih bisa kau nikmati
lalu aku pergiÂ
tunggang langgang melepaskanmu yang berjibaku dengan sampah itu
aku memilih pulang, untuk hidup yang lebih tenang
simpulku berpadu pada sorot mata itu
yang rupanya belum juga menjadi pemilikku
oh, rupanya ia hanya malu
dan kau tak tau malu
aku sedang merintis
membuka jalan membabat alas yang kemarin masih buas
rimbunnya persaksian tinggi menjulang
aku yakin aku pasti kuat
menopang ku membopong memeluk
merangkul seraya bersujud
jikalau luka dan duka hadirnya sementara
tentu saja gugur dan bangkit menjadi pengobatnya
semoga saja dihari hari selanjutnya
aroma hangat semerbak menyeruak
menjadi bulan bulanan pencinta Â
mengarungi anugrah kasih sayang sang Pencipta
dengan perantara makhluk indah ciptaanNya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI