Mohon tunggu...
Lasmiyati
Lasmiyati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Baik atau Jahat?

29 Agustus 2017   10:55 Diperbarui: 29 Agustus 2017   11:00 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bapak Mad.. siapa tadi...? Sebaiknya kita jangan membiasakan diri menyapa orang lain dengan sapaan yang buruk," kata Ustad sabar.

"Mad Deglok, Ustad. Tak apalah, kenyataannya kaki saya memang tak sempurna dan jalan saya pincang. Ini adalah kenang-kenangan yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya, karena mudah tergiur dengan bujukan teman saya untuk diajak mencuri."

"Begini Pak... dan Hadirin yang saya hormati, Allah mencatat amalan hambanya dari mulai niat, baik itu niat jahat atau niat baik. Bila niatnya jahat, tapi tidak jadi dilakukan, maka catatan tadi akan dihapus. Namun bila niat tadi dilanjutkan catatannya berlipat ganda. Dan orang yang mengajak berbuat baik, pahalanya akan berlipat ganda dibandingkan dengan yang diajak," Ustad Zai diam sebentar menga-mati orang--orang yang serius mendengarkan ceramahnya." Yang terpenting adalah, bila kita telah mela-kukan dosa, segeralah memohon ampun kepada Allah SWT, berjanji tidak melakukannya lagi. Allah itu Maha Pengampun, Saudara-Saudara. Namun bila kita bersalah kepada sesama manusia, Allah baru akan mengampuninya bila telah meminta maaf pada orang tersebut. Waulahualam." lanjutnya berwibawa.

"Terima kasih Ustad, saya menjadi tenang, setidaknya dosa saya lebih kecil dibandingkan dosa orang yang telah menyebabkan kaki saya ini menjadi pincang dan akhirnya menjadi pembunuh." Mad Deglok menerawang masa lalunya yang menyakitkan.

"Wah.. kisah hidup Saudara betul-betul menarik, celakalah orang yang telah menyebabkan nasib Saudara harus tinggal di penjara ini untuk waktu yang tidak sebentar. Saya kagum karena Saudara bisa ikhlas menerima dan menjalaninya. Saudara orang yang baik dan memiliki bekal agama yang kuat. Bila berkenan, maukah menceritakan, siapa Saudara, dari mana, apa yang terjadi dengan kaki Saudara, dan kalau boleh tahu, ini yang penting, maukah Saudara menyebutkan nama teman Saudara yang telah me-nyebabkan semua ini, siapa tahu dia mau minta maaf kepada Saudara. Nanti kalau saya ada kesempatan berkeliling dan kebetulan singgah di daerah Saudara, saya bisa menyampaikannya," pinta Ustad Zai.

"Tak perlu Ustad, saya sudah ikhlas menjalani, semua saya anggap sebagai takdir yang harus saya terima. Saya sudah mengubur dalam semua. Saya tidak mau mengingat-ingatnya lagi. Itu ibarat membuka lagi luka yang sudah sembuh. Jadi tak perlu Pak Ustad," jawab Mad Deglok hormat.

"Tapi setidaknya, Saudara tidak membiarkan orang di luar sana bersalah kepada Saudara seumur hidupnya, tanpa pernah bisa meminta maaf. Selain itu bisa menjadi pembelajaran pada kita di sini. Betul Saudara-Saudara?" tanya Ustad Zai pada hadirin.

"Benar Ustad, katakan Mad Deglok pada kami, kurang ajar betul itu orang, nanti kalau aku bebas duluan biar ku cari lalu ku seret kesini, agar dia minta maaf padamu." kata seorang tahanan yang lebih tua namun masih sangar dan kekar.

"Betul Mad Deglok, Hidup Mad Deglok... katakan pada kami, siapa dia dan dari wilayah siapa? Biar nanti anak buah saya yang mencari." sahut yang lain.

Mad Deglok kembali memberi isyarat untuk diam. "Baiklah saya akan bercerita, tapi mohon diam, saya minta izin bercerita, boleh Ustad!" katanya hormat. Ustad tersenyum mengangguk.

Dengan terlebih dahulu menghormat dan mengambil nafas panjang, mulailah Mad Deglok bercerita, "Saya dulu tinggal di Kampung Berbah. Saya memiliki seorang guru mengaji yang sangat saya hormati, namanya Abah Ibrahim." Mad Deglok melanjutkan ceritanya dengan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun