Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Pabrik Campina, Antara Kenangan Masa Kecil dan Kegembiraan Saat Dewasa

8 Agustus 2018   22:34 Diperbarui: 15 Agustus 2018   15:08 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau beli es krim yang Campina saja ya."

Ingatan masa kecil lamat-lamat kembali menyembul saat membaca pengumuman event Kompasiana Onloc bertajuk Campina factory visit yang diselenggarakan 31 Juli 2018. Ternyata saya sukses menjadi salah seorang diantara 20-an Kompasianer yang terpilih.

Kutipan kalimat 'rekomendasi' di awal diucapkan mami saya saat saya balita, yang tiba-tiba teringat setelah lama terlupakan. Flashback ke masa TK... saya tak doyan es krim. Padahal mami saya jika membelikan es krim di Toko Murni (nama sebuah toko yang khusus menjual snack di daerah Pasar Pucang Anom-Surabaya, entah apakah masih eksis) selalu dalam kemasan yang cukup besar—katanya di masa lalu kemasan es krim cup lebih besar dibandingkan sekarang.

Setelah dibelikan, ternyata saya hanya memakannya sedikit lalu membuangnya begitu saja, cukup disayangkan. Entah mengapa saya melakukan tindakan bodoh tadi; namun hal ini membuat mami saya bersumpah tidak akan membelikan es krim lagi hingga saya bisa membeli dengan uang jajan saya sendiri. Duh.

Saya tak begitu mengingat kejadian tersebut bila mami saya tidak menceritakannya lagi saat dewasa; namun saya telah menjadi penggemar es krim lagi saat usia SD pertengahan.

Jadi, nama Campina memang telah cukup tersohor tahun 80-an di daerah dimana saya tinggal saat itu. Padahal kawasan ini cukup jauh dari lokasi asli pembuatan es krim Campina di Gembong Sawah yang kemudian pindah ke daerah Rungkut Industri Surabaya.

Dan kita tinggalkan masa kecil saya untuk melihat bagaimana Campina dari dekat seperti yang saya rangkum dari kunjungan ke pabrik eskrim tersebut.

Aturan Yang Ketat

Pagi itu, 31 Juli 2018 saya berangkat dari kosan daerah Lontar, Surabaya  Barat. Perjalanan ke alamat Pabrik PT Campina Ice Cream Industry Tbk di Rungkut Industri II  no 15 Tenggilis Mejoyo Surabaya memakan waktu sejam lebih. Ternyata teman-teman Kompasianer dan vlogger/blogger sudah terlihat berkumpul di 'kawasan merokok' belakang pos satpam Pabrik Campina. Setelah pengecekan QR code undangan Kompasiana, saya mendapat T-Shirt yang kemudian dirangkap dengan kemeja yang telah dikenakan sebelumnya.

Mbak_Avy berfoto bersama Spongebob di depan pabrik. dokpri
Mbak_Avy berfoto bersama Spongebob di depan pabrik. dokpri
Saya mendapati aturan ketat di Pabrik Campina sejak awal masuk, yang merupakan standar untuk menyamankan kita supaya sinkron dengan kesibukan operasional Campina; sebagai satu-satunya produsen es krim lokal berstandar internasional yang lolos bekerjasama dengan Nickelodeon serta Marvel.

Misalnya:

1. Mengenakan pakaian yang pantas dan sopan, menggunakan celana panjang dan sepatu tertutup. Diceritakan ada kunjungan pelajar SMK yang tidak kuat memasuki cold storage karena mereka memakai rok, bukan celana.

2. Berjalan di dalam area marka, dan menyeberang di area zebra cross yang ditentukan. Dengan berjalan di dalam marka, maka kita kecil kemungkinannya akan terlibat dalam kecelakaan kerja, para karyawan bisa bekerja nyaman dan tidak merasa terganggu.

3. Mencopot sepatu di depan toilet dan masuk ke toilet dengan mengenakan kaus kaki. Toilet di lingkungan pabrik Campina selalu dalam kondisi kering dimana pengunjung dan karyawan secara keseluruhan dilarang membasahi lantai. Dilarang meludah sembarangan! harus di toilet. Kita diwajibkan menggunakan hand sanitizer di dalam toilet dan area pabrik sebagai langkah higienitas.

Memilah sampah adalah kewajiban di seluruh area pabrik Campina. dokpri
Memilah sampah adalah kewajiban di seluruh area pabrik Campina. dokpri
Sebelum masuk gedung utama dan ruang resepsionis. Tampak ada hand sanitizer di depan pintu. dokpri
Sebelum masuk gedung utama dan ruang resepsionis. Tampak ada hand sanitizer di depan pintu. dokpri
Acara dimulai dengan... berbaris dan briefing awal oleh ibu Anis sebagai bagian dari Humas Campina yang mengawal aba-aba supaya mengoles hand sanitizer di depan pintu masuk ruang resepsionis.

Lalu peserta diarahkan ke minibar di lantai 2 yang sekaligus merupakan museum mini berisi pernik memorabilia Campina seperti dispenser asam, embosser segel, alat pembuat cek, telepon manual (putar), dan banyak lainnya; sebagai bagian dari sejarah panjang Campina.

Mesin cone manual. Salah satu pengisi 'museum mini' Campina. dokpri
Mesin cone manual. Salah satu pengisi 'museum mini' Campina. dokpri
Barisan memorabilia Campina di lantai 2. dokpri
Barisan memorabilia Campina di lantai 2. dokpri
Seusai snacking, seluruh peserta diharuskan melepas sepatunya di lorong untuk masuk ke dalam ruang meeting. Ada paparan yang lebih komprehensif di sini; diawali oleh sejarah es krim zaman Romawi, hingga bangsa Arab yang mengawali pembuatan es krim berbahan susu dicampur buah-buahan. Tak ketinggalan, ada prinsip kebersamaan perusahaan Campina yang dikenalkan pada peserta yakni SALAM yang berarti Sukacita dalam bekerja, Aktif mencapai hasil sempurna, Lestarikan lingkungan, Adaptif dan berjiwa muda serta Menghargai setiap orang.

Salam Campina, prinsip kebersamaan Campina. dokpri
Salam Campina, prinsip kebersamaan Campina. dokpri
Pemutaran video tentang proses produksi Campina. dokpri
Pemutaran video tentang proses produksi Campina. dokpri
Pak Mustofa sebagai Brand Manager Campina menjelaskan varian produk pada kategorinya masing-masing. dokpri
Pak Mustofa sebagai Brand Manager Campina menjelaskan varian produk pada kategorinya masing-masing. dokpri
Dalam ruang ini dikupas produk Campina mulai dari jenis hingga targetnya mulai dari kategori Impulse (target berdasar usia) yang menyasar Kids (anak-anak), Teens (belasan tahun) hingga Young Adult/Kaum Muda; kategori Take Home dengan kemasan keluarga; serta kategori Bulk yang mencakup kemasan besar yakni 5 dan 8 liter untuk kafe atau hajatan dengan kebutuhan menu berbahan es krim scoope.

Campina mempunyai sekitar 80 varian produk yang dapat dikembangkan/discontinue setelah mengevaluasi respons dari masyarakat. Misalnya, es krim rasa mocha (perpaduan coklat dan kopi) kurang digemari oleh masyarakat akhirnya dihentikan produksinya.

Campina mempunyai diversifikasi cukup luas mulai dari produk non-susu sapi (rasa buah) hingga berbahan susu kedelai yang bisa dipilih oleh mereka yang intoleransi akan laktosa atau para vegan. Produk berbahan dasar susu kedelai ini (Dengan nama Lu Ve) juga dapat dikonsumsi oleh individu dengan kecenderungan autis.

Setelah paparan, ada kesempatan bertanya bagi peserta yang akan penulis ringkas sebagai kesimpulan saja:

1. Produk Campina dapat dikonsumsi oleh anak dibawah usia 5 tahun; jadi orangtua bisa mengadakan pesta ultah anak atau sejenisnya; namun Campina sebenarnya memposisikan produknya untuk anak yang telah memakan makanannya sendiri (bukan disuapi) sehingga target usianya ditulis minimal 5 tahun.

2. Pasar es krim sebenarnya masih bisa dikembangkan, karena konsumsi kita amat kecil yakni 0,6 liter/kepala pertahun. Dan market share Campina yang menerapkan strategi low budget high impact (dengan perbandingan biaya promosi Campina terhadap Walls 1:31 ), telah meraup kisaran 24% dari 250juta+ orang penduduk Indonesia dimana produk kompetitor mencapai 70% lebih. Sisanya diisi oleh Diamond, Indoeskrim, Aice, serta Hagendas, Baskin Robbins dll. Beberapa penghargaan telah diraih oleh Campina diantaranya Rekor Bisnis (ReBi), Superbrands, Top Brands dan Green Company Achievement. Campina cukup optimis karena mempunyai konsumen loyal meski ada brand baru semacam Aice.

3. Campina mempunyai departemen marketing komunikasi yang juga menyasar digital/online ber-optimizer dengan strategi meningkatkan engagement dan follower. Sebelumnya Campina memang giat ber-offline, sedangkan saat ini lebih mengedepankan konten menarik dengan mengundang mereka yang berkompetensi untuk membuat konten bagi Campina.

4. Tak banyak yang mencermati jika Campina dan Walls pernah bersengketa, seperti 'bertukar brand' dimana kompetitor ini sekarang menggunakan merek 'Cornetto' untuk es krim cone-nya (sebelumnya digunakan Campina), dari sebelumnya yang menggunakan merek 'Conello'. Campina sendiri saat ini menggunakan merek 'Concerto' untuk es krim cone-nya.

Beberapa peserta yang berkesempatan melempar pertanyaan: Jenny Linando. dokpri
Beberapa peserta yang berkesempatan melempar pertanyaan: Jenny Linando. dokpri
Bu Rahma yang melemparkan pertanyaan kali pertama. dokpri
Bu Rahma yang melemparkan pertanyaan kali pertama. dokpri
Tak ketinggalan, Mbak Tamita juga bertanya soal market share. dokpri
Tak ketinggalan, Mbak Tamita juga bertanya soal market share. dokpri
Pada ruang meeting tadi juga dikenalkan lagi Safety Briefing oleh Bapak Karyono, serta kesiapan kita jika terjadi hal darurat/luar biasa. Bapak Karyono juga menyinggung awal mula sejarah Campina yang dimulai dari petak garasi Bapak Darmo Hadipranoto sejak tanggal 22 Juli 1972 di Surabaya, yang peredaran kelilingnya menggunakan dry ice produksi sendiri untuk menjangkau area yang lebih luas; tidak seperti saat ini yang menggunakan freezer.

Pada tahun 1985 proses produksi dipindahkan ke kawasan SIER, tahun 1994 Campina bergabung dengan PT Ultrajaya yang mempunyai produk inti berbahan susu; dan pada tahun 2017 berubah menjadi perusahaan terbuka sehingga saham PT Campina Ice Cream Industry dapat dimiliki publik.

Pak Karyono menjelaskan Safety Briefing. dokpri
Pak Karyono menjelaskan Safety Briefing. dokpri
Profil dan Sejarah singkat Campina. dokpri
Profil dan Sejarah singkat Campina. dokpri
Pak Karyono menjelaskan jalur evakuasi yang dimulai dari tempat peserta saat itu bila dalam keadaan darurat. dokpri
Pak Karyono menjelaskan jalur evakuasi yang dimulai dari tempat peserta saat itu bila dalam keadaan darurat. dokpri
Pak Karyono menjelaskan alur proses produksi mulai dari hulu ke hilir, mulai suplai bahan baku hingga final. dokpri
Pak Karyono menjelaskan alur proses produksi mulai dari hulu ke hilir, mulai suplai bahan baku hingga final. dokpri
Distribusi Campina tersebar dari Aceh hingga Papua. dokpri
Distribusi Campina tersebar dari Aceh hingga Papua. dokpri

Jalan-jalan Berkeliling Perusahaan

Selanjutnya peserta diajak berkeliling dipandu oleh Ibu Anis. Ruang pertama yang menjadi bahan edukasi adalah Quality Control (QC) dimana peserta masih diperkenankan memotret, yang terdiri dari laboratorium kimia dan mikrobiologi.

Peran QC dibutuhkan beberapa kali dalam daur produksi. Misalnya bahan yang belum tercampur rata, proses pengolahan berbasis mutu, sampai hasil akhir yang kurang memenuhi standar sehingga perlu mengulang kerja. Setelah es krim tadi menjadi produk akhir pun masih ada tes tiga bulan pendiaman; jika dalam tiga bulan dinyatakan kurang memenuhi syarat maka akan ditetapkan sebagai bahan yang harus dimusnahkan.

Dari ruang QC, peserta diajak ke area produksi di lantai bawah yang didahului oleh ruang anteroom (ruang ganti sepatu karyawan ke sepatu boot khusus). Kemudian peserta diajak melihat ruang basis produksi dari jendela luar dimana es krim yang telah dipak kardus didistribusikan ke cold storage; setelahnya peserta tidak langsung menuju ke cold storage tetapi berbelok ke gudang tempat bahan baku mulai dari susu, buah, tepung, coklat, kopi dll.

Dari gudang suplai bahan tadi lalu peserta berjalan menuju ke kamar jaket pelindung berbentuk seperti kereta ber-roda sebelum masuk cold storage bersuhu di bawah -20°C. Cukup beruntung penulis dapat mengikuti setiap sesi karena tidak sedang sakit/kurang fit. Dalam sehari Campina dapat memproduksi total 300 palet kayu dengan jumlah 150 karton es krim/palet.

Program Go Green dan CSR Campina

Sebagai perusahaan peduli lingkungan, Campina menerapkan prinsip Go Green pada banyak tindakan. Seperti penggunaan sumber daya efisien yang mengurangi kebutuhan listrik hingga 710,69 Kwh/tahun hingga instalasi pengolahan air mandiri.

Penghematan listrik oleh Campina. Perusahaan ini siap mengoperasikan genset jika terjadi listrik mati. dokpri
Penghematan listrik oleh Campina. Perusahaan ini siap mengoperasikan genset jika terjadi listrik mati. dokpri
Beberapa program CSR Campina. dokpri
Beberapa program CSR Campina. dokpri
Salah satu CSR Campina: menghibur dan mengatasi trauma anak pasca erupsi Gunung Kelud. dokpri
Salah satu CSR Campina: menghibur dan mengatasi trauma anak pasca erupsi Gunung Kelud. dokpri
Kebun atap Campina yang digunakan untuk menu kantin. dokpri
Kebun atap Campina yang digunakan untuk menu kantin. dokpri
Kantin Campina adalah salah satu yang berhubungan falsafah Go Green tadi dengan kebijakan bebas daging/vegetarian; karena fakta bahwa peternakan menyumbang cukup banyak limbah karbon yang turut meningkatkan pemanasan global. Sebagai pengganti daging, maka digunakanlah tepung kedelai. Penulis sempat mencicipi hasil pengolahan tepung tadi yang meniru serat daging dengan sangat baik.

Kantin tersebut juga menggalakkan pola makan 'secukupnya' sesuai kapasitas individu (jangan ada butir nasi terbuang) yang mirip aturan resto 'all you can eat'. Penulis sempat mencermati kartu-kartu referensi hasil kliping koran di meja kantin yang menjelaskan alasan di balik program Go Green tadi. Misalnya 'Nilai Luhur dari Sebutir Nasi'. 

Waktu seseorang membuang sebutir nasi saat makan, bila diakumulasikan dari perhitungan 3x makan/hari oleh 250 juta penduduk Indonesia, maka nasi terbuang tadi cukup untuk mengasupi ribuan orang kelaparan di Indonesia bahkan dunia. Anda bisa membaca artikelnya yang telah ditulis ulang oleh banyak blogger/media, misalnya pada tautan berikut.

Rupanya menu kantin ini juga berasal dari hasil dari CSR perusahaan yakni pembudidayaan jamur di daerah Karah Surabaya dan Malang. Pada kantin pabrik Campina tadi kita juga akan menemukan helaian kertas daur ulang sebagai pengganti tissue.

Singkatnya, secara fakta Campina memang Istimewa Di Segala Suasana. Pas seperti tulisan yang tertera pada banner di pos satpam Campina: Create Happiness Since 1972.

Foto-Foto Lain

Tema Spongebob pada eskrim Campina. dokpri
Tema Spongebob pada eskrim Campina. dokpri
Tema Marvel untuk karakter heroik. dokpri
Tema Marvel untuk karakter heroik. dokpri
Pelopor dan satu-satunya situs penjualan eskrim di Indonesia. dokpri
Pelopor dan satu-satunya situs penjualan eskrim di Indonesia. dokpri
Sebelum berkeliling pabrik, diwajibkan menutup area rambut kepala dengan topi plastik. dokpri
Sebelum berkeliling pabrik, diwajibkan menutup area rambut kepala dengan topi plastik. dokpri
Lab QC Campina.dokpri
Lab QC Campina.dokpri
Sebelum ke lantai bawah ruang produksi, melihat lingkungan depan kantin. dokpri
Sebelum ke lantai bawah ruang produksi, melihat lingkungan depan kantin. dokpri
Menu 'daging kambing' dan 'bebek' di kantin yang terbuat dari tepung kedelai. dokpri
Menu 'daging kambing' dan 'bebek' di kantin yang terbuat dari tepung kedelai. dokpri
Setelah berkeliling area pabrik dan makan siang, tiba saat mencicipi es krim! dokpri
Setelah berkeliling area pabrik dan makan siang, tiba saat mencicipi es krim! dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun