Kabut turun di halaman rumah, pagi seharusnya sudah terang tanah. Ada ragu saat kaki melangkah
Percakapan mendadak mati. Sapaan yang sepi, hilang pula keceriaan gambar emoji. Kegembiraan yang sebentar, seperti sejuk embun pagi, menguap terbang karena ada sinar matahari yang membakarÂ
Cinta jangan diterjemahkan hanya sekadar saling umpan tautan kata, menjadi cerita-cerita yang tak terduga, tapi juga belajar menunggu sapa, belajar membaca lawan bicara. Karena tak mungkin diungkapkan semua, terbuka apa adanyaÂ
Saling mendengar keluh, dan tak musti bertukar aroma tubuhÂ
Kadangkala ngilu perlu disimpan, seperti halnya luka bisa memercikkan harapanÂ
Jangan berharap pula seperti kisah dalam komik, di akhir kisah ada pangeran menunggang kuda, membawa cerita bahagia dalam istana, setelah menuntaskan segala intrik dan konflikÂ
Mungkin nanti hanya sebagai kisah dibawa angin lalu, tak tertulis di daun lontar, bebatuan, atau keping-keping tembikar. Dan tersisa sedikit dalam catatan ingatanÂ
Tapi perlu diingat, Kegembiraan kegembiraan itu akan menjadi pelangi setelah tak lagi dekat. Dalam mimpi, dalam senyum, dalam sendiriÂ
***
Cilegon, Maret 2020Â