Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Elegi Malam 1 Syawal 1441H

24 Mei 2020   03:27 Diperbarui: 24 Mei 2020   03:25 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gundah itu datang seiring malam ramadhan 1441 H berakhir.

Dua kesedihan beriringan, selain sedih karena ramadhan pergi, kesedihan kedua karena diiringi padamnya sosok harapan.

Harapan yang selalu terngiang, harapan untuk membingkai sebuah bahtera.

Ia berlalu seiring fajar 1 syawal 1441 h mulai menyinsing.

Entah sambutan bahagia atau sedih, yang jelas keduanya bersemanyam di dalam gundukan daging yang banyak orang menyebutnya hati.

Hay, maaf aku dulu pernah bercita-cita ingin merawat anak-anak kita kelak seperti yang ada dalam imajinasi kita.

Hey maaf, hari ini terakhir kita bercakap di antara dua air mata yang berlinang.

Mungkin kini engkau telah bercerita panjang dengan ia, dan mungkin telah menemukan imajinasi baru.

Berlalu, ya ini akan berlalu, segudang kenangan yang pernah singgah dan takan mungkin hilang.

Esok masih panjang, selagi tuhan memberi ruang.

Ada banyak waktu yang mesti diisi dari pada meratapi purnama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun