"Hujan, Mas!"
Kau simpan tatapanmu ke halaman. Butiran hujan berjatuhan sebagai tamu. Tapi tidak di ruang tamu sepertiku. Ia bertemu kuncup mawar yang bersiap mekar di sisi pagar. Namun, menghilangkan senyummu. Untukku.
"Jangan marahi hujan! Ia tidak tahu bagaimana caranya jatuh ke atas."
Kali ini. Kembali kulihat segaris senyummu. Perlahan berubah jadi tawa tertahan, berujung satu gerakan pelan di lengan. Cubitanmu. Untukku.
"Iiih..."
Aku terkadang lupa. Jika tak lagi kau temukan kata-kata, maka cubitanmu akan hadir mewakili rasa. Dan, tak cukup sekali.
"Tunggu reda, ya?"
Tak ada jawabmu. Aku memilih bisu. Bagimu, rindu bukan seperti hujan. Bertamu dan bertemu.
***
"Mas mau datang?"
Satu pertanyaan kau hadirkan untukku. namun, matamu menjauh dari tatapan mataku. Memandang genangan dan dedaunan yang basah. Kemudian beralih pada bangku-bangku taman yang dibiarkan sunyi.