Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Lelaki yang Menimang Air Mata

8 April 2021   19:08 Diperbarui: 21 April 2021   23:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lelaki dan senja (sumber gambar: pixabay.com)

[Senja itu. Seorang lelaki berdiri menatap langit. Berbisik pada sepi dengan bibir yang terasa pahit].

Adakah redup malam mampu melabuhkan tubuh yang rapuh? Menjadi pintu pinta, keluh kesah endapan rasa yang terluka?

Lelaki itu tertatih mengejar bayang-bayang senja. Terbata mengeja doa-doa yang tersisa. Menghapus jejak harap yang tersia.

Atau seperti kerontang siang yang gersang? Mengabaikan dahaga dahan-dahan, dan perlahan mematahkan ranting-ranting asa yang mengering?

Sunyi bergulir hening memintal bening. Lelaki itu menemukan mata air mata di sela-sela jemari. Kemudian berlari, dan berteriak kencang di antara hiruk pikuk keramaian.

"Tuhan! Mungkinkah cinta salah jalan?"

[Di akhir senja. Di bawah tatapan mata-mata iba. Seorang lelaki menimang air mata. Dan, tertawa].

Curup, 08.04.2021
zaldy chan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun