Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tiga Sketsa

26 Januari 2021   18:07 Diperbarui: 26 Januari 2021   18:23 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu dan pantai (sumber gambar: pixabay.com)

Sketsa I.
Mata itu mulai terlatih menyembunyikan rasa letih. Tak lagi ada air mata atau tatapan menagih iba.

"Kau bisa menggambar, kan?"

Mulut itu pun terlatih membisu, satu jari mengukir gambar perahu. Di atas pasir berdebu.

Resahku menderu. Berlari mengejar laut tenang membiru. Usai kubaca deret aksara tertulis di atas gambar perahu: Ayah.

Sketsa II.
Mata itu membungkam gelisah. Meredam genangan air mata agar tak pecah. Menahan helai asa biar tak lagi basah.

"Kau mau ikut?"

Mulut itu membeku. Dua tangan mengepal kaku. Membiarkan bisu, berteduh di bawah tenda pengungsian berwarna biru.

Riak ombak merajut sepi. Menawarkan hari tanpa mimpi. Lautku menjadi batas janji.

Sketsa III.
Lelaki itu menengadah pada langit jingga. Senja adalah bilik rahasia. Air mata.

"Kau masih menunggu?"

Angin melempar tanya. Aku melontar doa. Lelaki itu memelukku. Laut mengajak sembunyi di dalam buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun