Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku, Kau dan Kupu-kupu

19 November 2020   17:49 Diperbarui: 19 November 2020   21:42 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kupu-kupu (Illustrated by pixabay.com)

Langkah kakiku menjejaki halaman luas sekolah yang sepi. Tak ada suara teriakan ceria, atau tubuh-tubuh kecil berseragam merah putih, berlarian penuh canda tawa. Hanya terlihat aneka warna bunga yang menyapa mata.

Ingatan masa kecilku, kupu-kupu biasa ditemui di padang rumput, halaman rumah dan hutan. Bahkan ada yang tinggal di puncak perbukitan, lereng gunung yang terjal hingga lembah yang tak terjangkau. Itu di kampungku. Dulu.

Namun, ingatanku itu sedikit keliru. Sejak kujumpai dirimu. Segaris senyummu menyambutku di depan pintu.

"Selamat datang, Pak!"

Hampir satu tahun, sapaan itu betah bertahan di mulutmu. Dan, Bibirku tak tertahan menyapamu, kupu-kupuku.

***

Bu Guru Cantik!

Itu sapaan untukmu. Tak hanya milik murid-muridmu di sekolah serta tiga orang guru yang kesemuanya perempuan. Juga wali murid dan warga desa Pagar Gunung di Kaki Bukit barisan. Namun, paras cantikmu, tak sebanding dengan alur hidupmu.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk mengetahui tentangmu. Semua orang yang kutemui, dengan sukarela bercerita dan berkisah tentangmu. Masa kecilmu, keluargamu, serta cara ayahmu berjuang mempertahankan keberadaan sekolah.

Ayahmu, pendiri sekaligus kepala sekolah. Baru sekali kutemui di ruang Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten. Sore itu, di hari pertama penugasanku. Kembali kutemui ayahmu. Sudah terbujur kaku di ruang tamu. Rumahmu.

Bukan ucapan selamat datang, dengan berbagai pesan untuk tugas baruku. Aku merasa alam telah bersekutu. Waktu kedatanganku, adalah titik kepergian ayahmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun