Di kota paling dingin ini, Ra!
Aku pernah memetik matahari. Menjadi perapian rindu yang tak usai mencumbui sepi. Sebagai penawar pilu yang tak henti bertamu menghuni ruang tunggu. Menantimu.
berkali, butiran embun terdampar dalam kekecewaan, hilang tenggelam tanpa pesta kedatangan. Tanpa kehangatan.
Atau kesedihan sepasang kunang-kunang yang menelan kegagalan, terbenam dalam kesunyian pada kepulangan. Tanpa salam perpisahan.
Di kota paling dingin ini, Ra!
Kuingin sembunyikan matahari. Agar tak ada pergantian dari hari ke hari kujumpai. Tak lagi ada senja demi senja kutemui. Dan, kubiarkan bekas-bekas luka merajah kesendirian sepi.
Di kota ini, Ra!
Aku telah membunuh rindu. Karenamu.
Curup, 11.11.2019
zaldychan