aku sibuk mencari tanah ternyata kau tak butuh tanah, tapi merindukan rumah. saat aku menemukan rumah kau bilang bukan sekedar rumah, namun seperti istana mewah. saat aku ingin membangun istana mewah, kau tertawa sebab aku masih butuh banyak tanah. saat itu aku menahan amarah!
aku kembali mencari tanah, kau bilang butuh uang. aku berhutang mencari uang, rupanya kau tak lagi butuh uang tapi menginginkan barang. dari ribuan pedagang kukumpulkan ragam barang, tapi kau menangis sebab tak pernah rasakan riang. kau tersenyum saat kututupi genangan airmata dengan lembaran-lembaran uang. saat itu, akupun meriang!
aku berhenti mencari tanah, saat kau bilang tersedia tanah murah dengan harga marah. kususun sirap gairah pelanun amarah, kau bilang tak cukup tanpa sumpah. saat kuhadirkan sumpah, kau ujarkan itu sampah. dan, kutemui serapah.
mulai detik ini tak perlu aku bicara pada cermin lagi. entah nanti, saat matahari lelah sembunyi!
Curup, 20.09.2019
zaldychan