Mohon tunggu...
Zakarias Wahyu
Zakarias Wahyu Mohon Tunggu... Lainnya - zacharia

saya buat cerpen hanya untuk tugas B.Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sebut Apa Sajalah

25 November 2020   09:56 Diperbarui: 25 November 2020   10:01 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kulihat Sulastri dari celah bawah ketiak mas Mono. Dia sedang membersihkan sisa-sisa bumbu kacang siomay di bajunya. Aku merasa bersalah sekaligus gugup sekaligus KETAKUTAN.

"Jawab goblok!" Bau bumbu kacang di muka mas Mono yang belum sempat dibersihkan makin menusuk hidungku.

"A...anu... ini sepuluh ribu buat mas Mono," kurogoh saku bajuku, dan kuberikan sepuluh ribu uang sakuku ke mas Mono.

"Nah, gini kan enak. Wes, kono minggat! Arep njaluk tak sampluk po?!"

Kulari secepat mungkin ke belakang kantin setalah dilepasnya cengkraman dari kerah bajuku. Kutemukan Sulastri masing membersihkan sisa-sisa bumbu kacang di tubuhnya dengan air keran.

"Eehhm... Sul... Maaf ya," kataku dengan gugup bercampur malu. Sulastri tak menjawab dan masih sibuk membersihkan sisa bumbu kacang.

"Kamu kenapa sih, Wan? Kok aku ngerasa aneh ya beberapa hari belakangan ini sama kamu. Tak kira kamu itu beda, Wan. Ndak seperti yang lain, ternyata kamu sama aja. Kamu daritadi ngikutin aku kan? Dan kemarin lagi, dan kemarinnya lagi," jawab Sulastri dengan nada sedikit marah.

Aku tak mampu menjawab pertanyaan Sulastri, karena memang apa yang dikatakan Sulastri benar. Hari-hari sebelum kejadian kantin tersebut, aku membuntutinya ke mana saja. Sulastri ke kafe, aku ikut ke kafe. Sulastri pergi ke toko buku, aku ikut-ikutan ke toko buku. Tentu saja tanpa sepengetahuan Sulastri. Dan tentu pula itu semua ide sang Seno laknat! "Terkutuklah kau wahai Seno!"

"Aku risih tau ndak. Aku sering minjam laptop ke kamu karena aku pikir kamu itu beda!" lanjut Sulastri dengan nada tinggi, lebih tepat seperti memarahiku. Sering meminjam laptop ke aku? Iya, Sulastri sering meminjam laptop ke aku. Kejadian di perpustakaan hanya salah satu kejadian dari banyak kejadian Sulastri pinjam laptop kepadaku. Sebelum kejadian perpustakaan, aku merasa hanya seperti seorang pelayan yang melayani ratunya. Tapi tepat  saat kejadian perpustakaan, aku merasa hatiku berdegup kencang. Mulai saat itulah sikapku kepada Sulastri berbeda. Tidak seperti seorang pelayan lagi, tapi lebih ke arah seorang laki-laki yang mengharapkan dara tersebut menjadi kekasihnya.

Sulastri pergi setelah dia berhasil membersihkan sisa-sisa bumbu kacangnya, walau bercak bumbu kacang masih ada beberapa bagian yang belum sempat ia seka di bajunya yang berwarna putih. Dan aku masih terpaku di sana. "...aku pikir kamu itu beda," kata-kata tersebut masih terngiang-ngiang di kepala. Apa sebenarnya yang dipirkan Sulastri? Dia menganggapku sebagai temannya? Dia menganggapku temannya karena merasa aku berbeda? Jadi selama ini ia sering pinjam laptop kepadaku karena aku dianggapnya sebagai teman?! Sial, aku tak tahu apa yang dipikirkannya!

Seno tergopoh-gopoh datang kepadaku, "Aku tak tahu kalau kejadiannya bakal jadi kayak gini." Aku tak menggubris ucapannya. Aku masih terpaku memikirkan kata-kata sulastri. "Wan?" Seno mencoba untuk menyapaku sekali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun