Mohon tunggu...
Zakarias Wahyu
Zakarias Wahyu Mohon Tunggu... Lainnya - zacharia

saya buat cerpen hanya untuk tugas B.Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sebut Apa Sajalah

25 November 2020   09:56 Diperbarui: 25 November 2020   10:01 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kupersilahkan Sulastri masuk, hanya Bibi yang menyambut kedatangan kami. Ayah dan ibuku memang bekerja di luar kota, hanya setiap akhir pekan mereka pulang ke rumah. Ku pinjami pakaianku kepada Sulastri agar Sulastri tak kedinginan. Sulastri meminta izin untuk berganti pakaian di kamar mandi dan aku memperbolehkannya. Hujan tak kunjung reda, malah bertambah deras. Teh hangat yang masih mengepul di depan kami hanya berfungsi sebagai hiasan yang sesekali merelakan airnya untuk menghangatkan tubuh. "Mau nonton film aja ndak?" tawarku pada Sulastri untuk menghentikan keheningan. Sulastri mengangguk tanda setuju. Ku keluarkan beberapa kaset dari lemari di kamarku. Tak ada yang dipilih Sulastri. Akhirnya ku ajak Sulastri ke kamar untuk memilih sendiri.

Di kamar Sulastri takjub akan banyaknya buku-buku yang aku koleksi sejak dari TK. Ia memutari seisi kamar dan mengedarkan pandangan ke arah rak buku. Sesekali ia tarik sebuah buku, lalu dikembalikannya kembali. "Banyak sekali, aku akan betah berada di sini," kata Sulastri. Aku masih sibuk mengedarkan pandangan pada lemari kaset, menimang-nimang kaset film mana yang mungkin akan menyenangkan hati Sulastri.

Kutemukan satu kaset kesayanganku, dan mencoba menawarkannya pada Sulastri. Kubalikkan badanku dan kutemukan Sulastri sedang memegang sebuah kotak dengan gambar alien di depannya. Aku panik bukan main. Itu adalah kotak berisi majalah dewasa yang Seno pinjamkan padaku beberapa hari lalu. "Jangan!" teriakku yang mengejutkan Sulastri. Tapi terlambat, Sulastri sudah melihat sampul depan salah satu dari majalah tersebut. Cepat-cepat kusingkirkan tangan suci Sulastri dari benda kotor tersebut. Kudorong tangan Sulastri. Karena dorongan itu terlalu kuat, Sulastri jatuh ke atas kasur. Keseimbangan yang hilang, membuat Sulastri menarik lenganku sehingga aku ikut terjatuh di sampingnya.

Kami saling menatap di atas kasur tersebut. Kupandangi detail wajahnya, sangat istimewa. Tak ada pergerakan antara aku maupun Sulastri, kami hanya saling pandang satu sama lain.

"Itu majalah apa?" tanya Sulastri dengan tetap memandangi mataku.

"Eh... i...itu...itu majalahnya Seno, tak sempat ia ingin mengambil," jawabku dan masih tetap kupandangi wajahnya.


"Bohong."

"Kalau tak percaya tan..." belum sempat aku menyelesaikan jawabanku, bibir Sulastri sudah menempel di pipiku. Aku malu sejadi-jadinya. Mukaku memerah. Kulihat wajah sulastri pun ikut memerah. Aku berusaha mengendalikan diri, tapi tak bisa. Kucium balik gadis tersebut tepat di bibirnya. Wajahku semakin memerah, wajah Sulastri pun tambah memerah. Kami sudah tak saling pandang karena kami sadar, kami harus mengendalikan diri.

3 menit kami beerdiam lama. Tak saling pandang, tak saling bercakap. Kami hanya harus mengendalikan diri, tidak boleh tidak! Kulihat jendela kamarku yang berada di belakang Sulastri, hujan sudah mereda.

"Hujannya udah reda, mau pulang sekarang?" tanyaku yang masih gugup bercampur rasa malu

"I... iya,' jawab Sulastri yang terdengar sangat canggung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun