Salah satu penanda sejarah yang masih bertahan adalah Warung Lama H. Ridwan, rumah makan legendaris yang menempati area Pasar Besar sejak pertama kali dibuka. Bahkan sebelum Pasar Besar berdiri, H. Ridwan telah menjajakan rawon dan sate komoh dengan cara memikul dagangannya. Warung ini adalah warisan kuliner khas Jawa Timuran yang telah bertahan lintas zaman.
Aneka menu Jawa Timuran seperti rawon, gule daging, krengsengan, bali daging, hingga ayam lodho resep almarhum penulis dan pakar kuliner Indonesia, Bondan Winarno dan menjadi magnet kuliner tersendiri.
Harga yang ditawarkan masih bersahabat, berkisar Rp20.000 hingga Rp25.000 per porsi, dengan rasa yang tetap konsisten. Warung ini tidak hanya menjual makanan, tapi juga pengalaman rasa, sejarah, dan kehangatan khas Malang tempo dulu.
Titik Temu Kenangan Keluarga
Bagi saya pribadi, Pasar Besar Malang adalah album kenangan yang hidup. Bersama Bapak, saya kerap mengunjungi lantai dua bagian belakang pasar.Â
Di sana, ada langganan tukang servis jam milik Bapak, seorang bapak tua yang sabar dan telaten memperbaiki mesin waktu kecil yang selalu melekat di pergelangan tangan manusia. Kini tempat itu sudah diisi orang berbeda, mungkin anaknya atau siapa, namun kenangan itu tetap abadi sepanjang hidup.
Saat itu, sambil menunggu jam diperbaiki, Bapak selalu mengajak saya duduk di warung kopi sebelah toko aksesoris bunga. Di sana kami menikmati gorengan yang beraneka rupa: pisang goreng, limpang-limpung, ote-ote, tempe menjes, tahu berontak, dan jemblem. Semua rasa itu melebur menjadi kenangan masa kecil yang hangat dan sulit tergantikan.