Selecta lahir bukan dari tangan orang Jawa, melainkan seorang Belanda bernama Ruyter de Wildt. Ia membangun tempat wisata ini selama delapan tahun (1920-1928), sebuah tempat peristirahatan di lereng Gunung Arjuno yang sunyi, jauh dari keramaian, dan punya udara yang sejuk menyegarkan.
Di sanalah awal mula Selecta berdiri, bukan sebagai taman bunga seperti sekarang, tapi lebih mirip vila-vila mewah untuk kalangan atas yang ingin “melarikan diri” dari panasnya Surabaya atau hiruk-pikuk Batavia.
Tempat ini dikenal hanya oleh kalangan tertentu. Para pejabat pemerintahan Hindia Belanda, pengusaha Eropa, dan bangsawan kolonial sering datang ke Selecta untuk beristirahat, menikmati keheningan alam, atau sekadar minum teh sore dengan pemandangan pegunungan. Tak heran jika Selecta dulu mendapat julukan sebagai tempat “elite” yang tidak semua orang bisa masuk seenaknya.
Tempat Tujuan Khusus Tokoh Bangsa
Presiden Soekarno dan beberapa tokoh nasional Republik Indonesia pernah menyelenggarakan pertemuan di tempat ini, tepatnya di "Villa Brandarice" yang sekarang berganti nama Bima Sakti. Di tempat inilah, wakil presiden Ir. Moh. Hatta mencetuskan sistem ekonomi koperasi dan ekonomi kerakyatan.
Pada masa pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan Indonesia, Selecta sempat mengalami masa-masa sulit. Banyak bangunan rusak, pengunjung sepi, dan kawasan ini seperti tertidur panjang.
Namun perlahan, tempat ini bangkit kembali. Pemerintah daerah dan masyarakat sekitar mulai merawat dan mengembangkan kembali kawasan ini menjadi taman wisata yang bisa diakses semua kalangan.
Meski wujudnya berubah, bayangan masa lalu itu masih terasa. Di antara bunga dan kolam, berdiri bangunan bergaya Belanda yang masih kokoh berdiri. Jalan setapak yang rindang seakan menyimpan bisik-bisik sejarah.