Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Taman Selecta: Jejak Sejarah dan Gerakan Hijau dari Kolonial ke Komunal

11 Juni 2025   23:55 Diperbarui: 12 Juni 2025   11:57 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selecta lahir bukan dari tangan orang Jawa, melainkan seorang Belanda bernama Ruyter de Wildt. Ia membangun tempat wisata ini selama delapan tahun (1920-1928), sebuah tempat peristirahatan di lereng Gunung Arjuno yang sunyi, jauh dari keramaian, dan punya udara yang sejuk menyegarkan.

Tempat anak-anak Belanda berenang bersama keluarganya - Dok. Slamet Riyadi/Sejarah dan Budaya Malang Raya 
Tempat anak-anak Belanda berenang bersama keluarganya - Dok. Slamet Riyadi/Sejarah dan Budaya Malang Raya 

Di sanalah awal mula Selecta berdiri, bukan sebagai taman bunga seperti sekarang, tapi lebih mirip vila-vila mewah untuk kalangan atas yang ingin “melarikan diri” dari panasnya Surabaya atau hiruk-pikuk Batavia.

Tempat rekreasi elite Belanda - Dok. Circa 1940
Tempat rekreasi elite Belanda - Dok. Circa 1940

Tempat ini dikenal hanya oleh kalangan tertentu. Para pejabat pemerintahan Hindia Belanda, pengusaha Eropa, dan bangsawan kolonial sering datang ke Selecta untuk beristirahat, menikmati keheningan alam, atau sekadar minum teh sore dengan pemandangan pegunungan. Tak heran jika Selecta dulu mendapat julukan sebagai tempat “elite” yang tidak semua orang bisa masuk seenaknya.

Tempat Tujuan Khusus Tokoh Bangsa 

Presiden Soekarno dan beberapa tokoh nasional Republik Indonesia pernah menyelenggarakan pertemuan di tempat ini, tepatnya di "Villa Brandarice" yang sekarang berganti nama Bima Sakti. Di tempat inilah, wakil presiden Ir. Moh. Hatta mencetuskan sistem ekonomi koperasi dan ekonomi kerakyatan.

Foto dari udara saat Malang Bumi Hangus 1947, tampak sebelah kiri hancur lebur - Dok. KITLV
Foto dari udara saat Malang Bumi Hangus 1947, tampak sebelah kiri hancur lebur - Dok. KITLV

Pada masa pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan Indonesia, Selecta sempat mengalami masa-masa sulit. Banyak bangunan rusak, pengunjung sepi, dan kawasan ini seperti tertidur panjang. 

Namun perlahan, tempat ini bangkit kembali. Pemerintah daerah dan masyarakat sekitar mulai merawat dan mengembangkan kembali kawasan ini menjadi taman wisata yang bisa diakses semua kalangan.

Kolam renang Selecta saat Malang Bumi Hangus 1947 - Dok. Spaarnestad Hugo Wilmar
Kolam renang Selecta saat Malang Bumi Hangus 1947 - Dok. Spaarnestad Hugo Wilmar

Meski wujudnya berubah, bayangan masa lalu itu masih terasa. Di antara bunga dan kolam, berdiri bangunan bergaya Belanda yang masih kokoh berdiri. Jalan setapak yang rindang seakan menyimpan bisik-bisik sejarah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun