Yufrizal De Loesie**
suatu kelak engkau datang kepadaku,
berkelakar di bangku dermaga menunggu senja
menggamit cahaya petang ke alam bathin
membiarkan imajinasi membelai serpihan rindu
yang pernah ada, seperti dulu di jalan remajaku
dermaga ini rapuh, selayak kita yang dibakar waktu
namun, cahaya molekmu masih menyimpan gejolak
mendidihkan darah, mengayuh riuh laut kasih
yang tersampaikan yanyian camar di akar bakau
**
Bangku ini panjang, muat hanya kita berdua
Menyisihkan desir agin bersama gerai rambut sebahu
Satu-satu menutup wajah melayumu,
Tersungging seulas senyum ranum kepolosan,
Kita dilahirkan laut, dibesarkan ombak
Terus mengayuh  sampan tua tanpa tujuan
Kata-kata tiada arti, hanya pandang mata mengerti
Menjadikan jiwa sepenuh hati,
Adakah cinta sebenar, atau kasih yang bertasbih
**
Setelah sekian lama,
Dalam rimba hatiku engkau telah tumbuh
Mengakar kokoh, Â aku kehilangan sesuatu
Mencarimu di ilalang jiwaku, mengintip
dijeda sunyiku,,
Di dermaga ini, kulautkan mimpi
Seakan engkau tidak pernah  pergi
 Memories in Sungai Guntung,