Mohon tunggu...
Yuanita Pratomo
Yuanita Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - Mommy

Give a mom a break and she will conquer the world!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Penderitaan Bukan Takdir, tapi Pilihan?

10 Desember 2023   01:55 Diperbarui: 10 Desember 2023   02:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : florinroebig.com

Kita pun tidak berdaya.

Tapi belajar dari cerita keluarga Elliot, penderitaan bukan akhir segalanya. Bahkan bukan akhir hidup kita.

Pasangan muda yang sama-sama cerdas dan saling mengasihi, dengan putri kecil yang cantik dan lucu berusia 2 tahun, mereka adalah keluarga yang bermasa depan cerah.

Mereka mengasihi sekelompok orang, dan demi sekelompok orang yang mereka kasihi itu, keluarga ini rela meninggalkan semua kenyaman dan jaminan keselamatan maupun kemapanan. Lalu, orang-orang itu membunuh sang suami.  

Elisabeth Elliot bisa mengutuki hidupnya, bahkan Tuhannya. Ia bisa hancur atau setidaknya depresi melihat masa depannya hancur.

Kenapa ia bisa begitu kuat ? Itulah pertanyaan saya, ketika saya berada pada situasi yang tidak berdaya.

Jawabannya karena ia melihat sebuah garis, bukan titik. Ia melihat penderitaan yang dialami sebagai bagian dari sebuah proses perjalanan, bukan sebuah akhir.

Penderitaan bisa jadi memang sebuah takdir, kalau kita bicara tentang fakta yang terjadi. Tapi saat kita bicara tentang respon, ternyata penderitaan adalah sebuah pilihan.

Penderitaan bisa menolong kita belajar melepaskan hal-hal yang memang tidak seharusnya kita inginkan, dan menerima hal-hal yang tidak kita inginkan tapi Tuhan ijinkan untuk kita miliki atau hadapi.

Kekuatan Elisabeth terletak pada sikap hatinya yang selalu berprasangka baik pada Tuhan yang ia percaya berdaulat penuh atas setiap hal dalam hidupnya.

Salah satu hal yang diyakininya sedari masih kecil adalah ditempat tergelap sekalipun, dimana dosa merajalela, Tuhan sanggup membuatnya menjadi indah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun