Sejujurnya, saya merasa paling bangga ketika dia bisa memberikan opininya saat kami berdiskusi, karena itu berarti dia tidak sekedar menghafal, tapi memahami.
Jangan lupa, selipkan dengan humor dan joke-joke. Karena tertawa itu sehat dan menyenangkan, bisa melupakan sekejap beban hidup karena BBM naik. *wink*
Menjadi teman belajar yang aktif, selain bisa membuat acara belajar menyenangkan juga bisa menolong anak untuk belajar mengungkapkan pemahamannya tentang materi pembelajaran tanpa merasa tertekan.
Tapi bagaimana kalau orangtua juga tidak paham materi pelajaran anak-anaknya? Maka, belajarlah bersama mereka. Untuk anak-anak usia sekolah dasar, sebagian besar materi pelajarannya seharusnya masih bisa diikuti oleh orangtua kok.Kalau tidak bisa, ya belajarlah dari guru les.Â
Salah seorang teman pernah punya ide memberi les bukan pada anak-anak, tapi kepada ibu-ibu mereka supaya bisa mengajari sendiri anak-anaknya. Para ibu yang sebenarnya punya banyak waktu luang, tapi mereka menolak karena tidak mau repot dan lebih memilih mencari guru les untuk anak-anaknya.
Sayang sekali, padahal menurut saya ide teman saya itu luar biasa. Ketika orangtua menyisihkan waktu untuk mengajari sendiri anak mereka, terciptalah bonding, yang tidak bisa terbeli dengan apapun juga.
Waktu yang kita habiskan bersama mereka dan untuk mereka adalah investasi jangka panjang tak ternilai. Sayangnya bagi banyak orangtua ide ini dianggap tidak praktis dan merepotkan.
Di sisi lain, orangtua lebih memilih menuntut anak dengan tuntutan yang tidak masuk akal.
Tips Keempat: Daripada Memaksa, Lebih Baik Menstimulasi
Ada yang bilang, kalimat tanya seringkali jauh lebih efektif daripada kalimat perintah.
Saya pernah baca di suatu tempat ungkapan itu, tapi lupa tepatnya dimana. Dan untuk konteks membujuk anak-anak belajar, rasanya memang tepat sekali.
Anak-anak akan jauh lebih bersemangat belajar ketika distimulasi atau dibangkitkan rasa ingin tahunya, daripada kita sekedar mencekokinya dengan materi atau memerintahkannya belajar sebagai bentuk kewajiban. Yang ada mereka malah merasakannya sebagai beban, yang konotasinya cenderung tidak menyenangkan.