"Biarkan anak-anak kita bermain, biarkan mereka tertawa, biarkan mereka belajar, biarkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berkarakter melalui permainan tradisional." (Anonim)
Sekedar Pengantar
Sebelum saya tergerak hati untuk membuat sebuah tulisan yang bermaksud untuk mengajak kita melakukan refleksi berkenaan dengan Hari Anak Nasional (HAN), banyak penulis yang telah terlebih dahulu menuangkan refleksi, gagasan dan teropong mengenai dunia anak-anak. Maka bisa saja tulisan saya ini mendapatkan sumber atau angin segar dari tulisan-tulisan terdahulu.
Saya memulai tulisan sederhana ini dengan menyoal apa dan mengapa Hari Anak Nasional, apa saja permainan-permainan dalam dunia anak, khususnya permainan tradisional, tempat dan modelnya; lalu mencoba membuat perbandingan dengan permainan anak-anak zaman naw; dan bagaimana seharusnya semua pihak, orang tua di rumah, guru di sekolah, dan pemerintah menyikapi dunia anak-anak dalam menemukan tempat bermain dan model-model permainan anak yang bernilai paedagogis.
Apa dan Mengapa Hari Anak Nasional
Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia, Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 23 Juli ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional dan diperingati setiap tahunnya. Mengapa tanggal 23 Juli dipilih sebagai Hari Anak Nasional dan bukan tanggal yang lain?Untuk mengetahui alasannya, penulis mencoba berselancar bebas di dunia maya untuk menemukan alasan penetapan waktu tersebut.
Setelah membuka berbagai situs, akhirnya penulis menemukan dalam https://www.traveloka.com, sebuah tulisan dengan judul: Hari Anak Nasional: Sejarah, Makna, dan Cara Merayakannya dengan Momen Berkesan." Penulis langsung saja ketujuannya yaitu menemukan alasan tanggal 23 Juli dipilih menjadi HAN yaitu untuk menandai momen pengesahan UU tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979.
"Pemilihan tanggal 23 Juli sendiri memiliki makna khusus, yaitu bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-Undang ini menjadi tonggak penting dalam mengakui dan melindungi hak anak di Indonesia, termasuk hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia." (traveloka.com/19/5/2025).
Lantas mengapa kita perlu merayakan Hari Anak Nasional, kan sudah ada Hari Anak Internasional pada tanggal 1 Juli, untuk apa lagi kita menyibukkan diri dengan berbagai perayaan itu?
Jawaban atas pertanyaan tersebut, penulis temukan dalam detik.com yang mengatakan bahwa merayakan Hari Anak Nasional merupakan barometer komitmen berbagai pihak terutama yang selalu bersinggungan dengan dunia anak untuk menjamin bahwa setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, bebas dari kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
"Peringatan Hari Anak Nasional juga menjadi bentuk penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu, peringatan Hari Anak Nasional juga menjadikan anak sebagai subjek pembangunan yang dilibatkan secara bermakna dalam berbagai aspek kehidupan." (detik.com/detikEdu/23/7/2025).
Jadi apa yang seharusnya kita lakukan pada Hari Anak Nasional itu? Â Menurut m.antaranews.com, Hari Anak Nasional bukan sekadar kita melakukan seremonial, tetapi merupakan wujud komitmen seluruh bangsa dalam menjamin hak-hak anak Indonesia atas kehidupan yang layak, pertumbuhan dan perkembangan, perlindungan dari kekerasan serta diskriminasi, pembullyan, hingga hak anak untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek dan event kehidupan secara wajar sesuai harkat dan martabatnya sebagai anak.
Dan secara khusus dalam momen Hari Anak Nasional ini, penulis hendak mengajukan sebuah pertanyaan seputar dunia anak-anak yaitu dunia bermain. Masih adakah tempat bagi anak-anak untuk menikmati masa bermain mereka? Apa saja permainan anak-anak yang bisa mereka lakukan dan bermakna bagi kehidupan dan perkembangan mereka? Bagaimana dengan permainan-permainan tradisional anak?