Kupang -- Senin, 1 September 2025, udara panas yang membakar Kota Kupang tidak menyurutkan langkah ratusan mahasiswa dan masyarakat untuk bergerak menuju Gedung DPRD Nusa Tenggara Timur di Jalan El Tari. Sejak pagi, mereka sudah memenuhi halaman depan kantor legislatif dengan membawa spanduk, pengeras suara, dan semangat yang meletup.
"Rakyat lapar, DPR tambah tunjangan! Di mana nurani kalian?" teriak seorang orator dari atas mobil pick-up yang disulap menjadi panggung aksi. Suara itu langsung disambut pekikan massa yang bergema di antara bangunan pemerintahan dan pepohonan yang kering diterpa matahari.
Tuntutan mereka jelas: menolak kenaikan tunjangan anggota DPR RI. Bagi para demonstran, kebijakan itu mencederai rasa keadilan, terlebih saat rakyat kecil masih berjuang dengan harga kebutuhan yang melonjak. Isu lain pun ikut disuarakan---mulai dari desakan pengesahan RUU perampasan aset, RUU daerah kepulauan, hingga kritik terhadap lemahnya pemberantasan korupsi di negeri ini.
Di tengah kerumunan, aparat kepolisian tampak berjaga dengan ketat. Sebuah mobil pemadam kebakaran diparkir di belakang gedung, bersiaga mengantisipasi kemungkinan buruk. Namun suasana tetap terkendali. Meski massa berteriak lantang, tidak ada bentrokan. Yang ada justru pemandangan unik: aparat dan demonstran sama-sama berjemur di bawah terik matahari yang menyengat.
Menjelang siang, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena bersama Ketua DPRD Emelia Nomleni, Kapolda NTT, dan jajaran Forkopimda keluar menemui massa. "Kami mendengar aspirasi kalian. Demo adalah hak rakyat, tapi jangan ada anarki. Jika ada perusuh, aparat pasti bertindak," tegas Gubernur Melki dengan nada serius.
Pernyataan itu sedikit meredam ketegangan. Beberapa perwakilan mahasiswa diajak berdialog, meski sebagian massa masih bersorak menyuarakan kekecewaan. "Kami datang bukan untuk kerusuhan, tapi untuk keadilan!" teriak salah satu mahasiswa.
Hingga sore, aksi berangsur reda. Massa bubar dengan tertib, meninggalkan halaman DPRD yang penuh bekas botol air mineral dan keringat perjuangan. Namun gema suara mereka hari ini seakan masih menggantung di udara Kupang: rakyat NTT tidak rela diam ketika kebijakan negara semakin menjauh dari kepentingan rakyat kecil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI