Oleh: Yohanes Manhitu
Bagai siluet di ruang gulita,
bayangan itu terasa berkelebat,
tapi terkadang bergerak perlahan,
berusaha menelusuri bilik-bilik hati.
Sosok itu seakan menawarkan mawar
yang dipetiknya di taman pengharapan,
tempat para bidadari bercengkerama
sambil menebarkan aroma kahyangan.
Ia sungguh mahir membaca mantra---
sandi gaib untuk menyingkap rasa.
Tak apa jika ia menelusuri bilik-bilik
hingga ada ruang yang bisa ditempati.
Bagai siluet di suatu titik tanpa cahaya---
karena sengaja kupadamkan lampunya---
ia mencoba menampakkan rupanya.
Akankah ia melakukannya hari ini?
Yogyakarta, 14 Februari 2012