Puisi Tanpa Apresiasi Episode 25
Dengarlah suara sepi yang ada di hari ini. Hanya ada aku dan Semesta bercakap tentang nasib yang hanya ujian semata. Aku bertanya dengan bahasa kalbu. "Mengapa aku harus diuji?" Ia pun menjawab, "karena ujian adalah bentuk cinta-Ku padamu." Aku bertanya lagi, "Bagaimana bila aku tak lulus ujian-Mu?" Lantas Ia mendekat dan merasuk dalam jiwa. Menjadi satu, "dengar Aku. Bahwa yang menentukan lulus dan tidaknya hanya Aku. Jangan kau samakan dengan ujian buatan manusia. Yang terluka belum tentu gagal. Yang tertawa belum tentu lulus. Bersabarlah hingga waktunya tiba."
Aku masih di sini, di alam sepi. Tiada sendiri, bersama Semesta yang hadir menyatu. Ternyata ibadahku selama ini salah. Kuberharap surga atau pahala atau apresiasi. Padahal, Dia hanya menginginkan cintaku setulus puisi ini. Tanpa terasa, air mata menetes. Sebelum masuki bulan yang suci.
 Puisi Yoga Prasetya