Puisi Tanpa Apresiasi 36 (Edisi Ramadan 10)Bulan yang suci bukan hanya menahan lapar dan haus. Mulut harus menahan dari perkataan yang tidak baik.
Puisi Tanpa Apresiasi 35 (Edisi Ramadan 9)Betapa susahnya mengerjakan sesuatu tanpa ilmu. Ilmu ibarat matahari di siang hari. Siang hari yang sepi
Puisi Tanpa Apresiasi 34 (Edisi Ramadan 8)Duka adalah rasa yang keluar dari jiwa manusiaLuka adalah hasil yang keluar dari raga manusiaSuka adalah
Puisi Tanpa Apresiasi 33 (Edisi Ramadan 7)Kau tahu elusif? Ialah misteri dalam hidup yang sukar dipahami. Ada manusia yang diberikan kenikmatan,
Lega rasanya satu persatu ujian mulai terselesaikan. Meski esok dan esok akan ada ujian lain menanti untuk dihadapi.
Ada yang benci hujan, tetapi pasti ada yang menyukai hujan. Hujatan tetap ada dan jangan pernah mengharap apresiasi.
Ujian datang silih berganti, aku dipaksa untuk bisa lulus dari semua ujian.
Puisi Tanpa Apresiasi 29 (Edisi Ramadan 3)Dunia, dunia, dunia. Raga boleh saja berpuasa, tetapi pikiran melayang memikirkan nasib duniawi. Tentang
Puisi Tanpa Apresiasi 28 (Edisi Ramadan 2)Ramadan bukan berarti bermalas-malasan. Tetap belajar, tetap berjalan, tetap berproses.
Puisi Tanpa Apresiasi 27 (Edisi Ramadan 1)Selamat datang di bulan yang menyimpan banyak keberkahan. Dari bangun pagi hingga tidur malam, semuanya
Siang ini, aku mendengarkan suaramu dalam sebuah pertemuan tak terduga. Engkau berbicara tentang bahasa: sejarah, sosiolinguistik, dan tentu saja
Dengarlah suara sepi yang ada di hari ini. Hanya ada aku dan Semesta bercakap tentang nasib yang hanya ujian semata. Aku bertanya dengan bahasa kalbu.
Tak perlu merasa risau dengan keadaan yang tidak membaik. Karena sejatinya hidup ini telah tertulis.
Dapur Bindo JuaraDuhai Ibu Diana dan Bapak KholishInilah persembahan kami untuk yang muliaAda lauk bhineka tunggal IkaYang akan selalu
Puisi Tanpa Apresiasi Episode 23Sebuah jiwa tertinggal di dalam tas hitam. Kau menangis terperangkap dalam gelap dunia. Berusaha mencari cara untuk
Sajak Ramadan Ramadan kembali menyapa membawa wangi yang dirindukan pengikut Nabi Muhammad.
Puisi Tanpa Apresiasi Episode 22Lampu masih menyala, tetapi raga telah lelah. Motor masih berjalan, tetapi jiwa telah menua. Jam masih berdetak,
Puisi Tanpa Apresiasi Episode 21Kata para legenda, hidup adalah pengorbanan. Kemarin berkorban, sekarang berkorban, dan esok pun berkorban.
Puisi Tanpa Apresiasi Episode 20Sendiri di perantauan, mencari sesuap nasi tetapi tiada nasi di perantauan. Hanya ada gandum dan anggur. Kulihat
Puisi Tanpa Apresiasi Episode 19Sakit telinga mendengarkan lagu-lagu yang menyayat hati. Namun, telinga harus terus mendengar agar terjaga