Tapi Tuhan tahu,
mataku masih mencari caramu tersenyum
di wajah yang kini tak lagi kutemui di cermin.
**
Kau berdiri di seberang
seperti mimpi yang menolak dibangunkan.
Wajahmu tak berubah,
hanya matamu kini pandai menyembunyikan
segala hal yang dulu membuatku pulang.
Aku tak menoleh,
tapi jiwaku merunduk dalam diam.
Aku genggam tangan kekasihku erat-erat,
bukan karena cinta,
tapi agar diriku tak jatuh kembali padamu
meski hanya lewat tatapan.
Aku berharap kau memanggilku,
menanyakan kabar dengan nada lama
yang dulu jadi nyamanku.
Tapi kau hanya diam,
dan diam kita---lebih bising
dari pertengkaran yang dulu
menghancurkan segalanya.
**
Kita pernah saling mencintai
seperti hujan mencintai bumi---
habis-habisan, tanpa jeda,
tanpa sadar, terkadang menyakitkan.
Kini kita hanya dua orang
yang saling tahu sejarahnya,
tapi pura-pura buta pada peta
yang pernah kita lukis bersama.
Dan begitulah kita,
berpapasan...
bukan untuk kembali,
tapi untuk memastikan:
kita pernah,
dan takkan pernah lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI