Ya, Tuhan… mengapa jadi serumit ini?
***
“Mas Yadi, perutku sakit. Mungkin aku sudah akan melahirkan.” Rasti yang berdiri di ambang pintu kamarku, sontak saja membuatku segera bangkit dan mengeluarkan motor.
“Ayo, kita ke klinik.”
Perjalanan menuju klinik yang jaraknya hanya tiga kilometer, rasanya begitu jauh. Aku bisa mendengar erangan Rasti yang kesakitan di belakang tubuhku, mataku mengembun karenanya.
Di klinik bidan langsung menangani Rasti. Butuh waktu hampir lima jam hingga bayinya lahir. Dan aku menyaksikan detik demi detik peristiwa itu. Di samping kepalanya aku berdoa dan berusaha memberinya kekuatan.
“Rasti, jangan takut. Mas di sampingmu. Tidak hanya sekarang, tapi selamanya. Kita akan membesarkan anak kita dengan kasih sayang. Ayo berjuanglah!” Rasti menatapku dengan tatapan penuh harap. Aku mengecup keningnya.
Dan aku memenuhi janjiku. Kami kembali menikah. Kali ini karena aku menyayanginya. Ketegarannya telah membuatku jatuh cinta.
TAMAT